Mohon tunggu...
Noor Azizah
Noor Azizah Mohon Tunggu... pelajar -

email baru avantidm@gmail.com. terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengarang Favorit

22 Juni 2016   21:22 Diperbarui: 22 Juni 2016   21:37 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Hari ini membaca postingan seorang penulis terkenal yang memberi rambu2 bahwa dia akan memblok mengusir siapapun yang berkomentar tak senada dengan dia. Alasannya orang-orang semacam ini sebaiknya tidak diberi ruang gerak karena menurut sang penulis orang yang hobi berkomentar menentang postingan seseorang adalah orang yang kurang kerjaan, gak paham bersosmed, gak terbuka pemikirannya, sulit menerima masukan dan nasehat, sibuk sama diri sendiri dan aneka label sejenis..

Postingan sang penulis saat itu tentang jagung dan jambu monyet. Menurut sang penulis jagung tokoh protagonis punya biji banyak tapi disembunyiin sedang jambu monyet tokoh antagonis, biji sebiji bijinya sombong dipamer pamerin. Maksudnya jangan suka pamer. Lantas ada komentar masuk, bahwa harga biji jambu monyet lebih mahal dari harga jagung. Maksudnya jangan menilai dari tampilan luar. Hanya sebaris itu komennya. Dan reaksi sang penulis terkenal adalah :

Langsung membanned sang komentator merepost dengan tambahan betapa nyinyirnya sang komentator gak mau menerima nasehat bukannya dipikirin malah nyari nyari kesalahan sebuah nasehat. Nyolot sewot, dan aneka label seperti yang sudah di tulis diatas tadi..
Repost tadi diamini sekian ratus fans sang penulis berikut (ada) yang mengolok olok baik sang komentator ataupun sang jambu berikut monyetnya.

sang komentator tak menyanggah atau melakukan pembelaan atas perlakuan sang penulis. Aku tercenung, jadi siapa yang sewot, siapa yang nyinyir, siapa yang marah-marah. Apakah sebuah perumpamaan nasehat tidak boleh di tambah jika terasa kurang tepat..?? Kenyataannya memang harga kacang mete lebih mahal dari biji jagung. Dan memang kita tak bisa menilai seseorang dari tampilannya saja. Dont judge the book by its cover.. bukan isi nasehatnya yang tidak tepat tetapi perumpamaannya memiliki celah untuk dipikir ulang. Kenapa sang penulis terkenal tak bisa menerapkan nasehat untuk dirinya sendiri menerima pemikiran, menerima sebuah nasehat yang disampaikan dalam perumpamaan juga..?? 

Haruskah ditanggapi dengan membully sang komentator menjadikan sebaris komentar sebagai olok-olok para penggemar yang mengamini setiap perkataan sang penulis ?? Tidak kah bisa ditanggapi dengan nada canda..?? Kecuali jika terjadi debat mungkin perlu langkah-langkah semacam itu. Belum lagi olok-olok kepada sang jambu berikut sang monyet yang kena getah terbully olok-olok. Apa sang penulis dan para pengolok itu lupa pencipta jambu dan monyet..??

 Pelajaran hari ini.. tidak bisa menilai seseorang dari tampilan dari ketenaran dari gelar kesarjanaan dari kekayaan..
 Pelajaran dari dua orang yang tidak kukenal seorang penulis.terkenal dan komentator dengan sebaris komentarnya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun