Mohon tunggu...
Drani K9
Drani K9 Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Ingin mengekspresikan diri melalui tulisan secara bebas. Penulis blog https://dranik9.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ketegangan dan Damai dalam Pertengkaran

11 Mei 2024   13:04 Diperbarui: 11 Mei 2024   13:09 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat datang dan selamat membaca

Setelah perjalanan panjang di Papua, Papa dan paman Ung kembali ke kampung dengan harapan baru. Namun, kehidupan tidak berjalan semulus yang mereka bayangkan. Papa kembali bertani, jadi tukang bangunan dan lainnya. Selama hal tersebut bisa menghasilkan uang, ia akan melakukan semuanya.

Tetapi, keinginan Papa untuk mencoba peruntungannya di tanah Papua kembali membuat ketegangan dalam keluarga. Mama, teringat akan pengalaman gagal sebelumnya, bereaksi marah. Pertengkaran yang hebat terjadi di antara mereka, dengan barang-barang terlempar dan teriakan yang memenuhi rumah. Saya dan adik saya, Juda, takut dan tegang melihat adegan tersebut. Juda, yang masih berusia 2 tahun, terus menangis sambil memeluk saya, mencari perlindungan.

Melihat hal itu, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk menghentikannya. Saya berlari dan memeluk lengan papa.

"Pa, jangan pergi pa" (Sambil menangis sejadi-jadinya)

Itu adalah reka ulang adegan dari banyaknya sinetron yang saya tonton pada awal 2000an. Tayangan mengenai seorang istri yang memohon agar tidak ditinggalkan suaminya. Dan yahh, saya melakukan hal tersebut karena terinspirasi dari sinetron-sinetron yang saya tonton. Melihat hal tersebut, mama memarahi saya.

Tentu saja saya tidak mendengarkannya. Saya semakin menangis sejadi-jadinya, karena sedih, takut dan tentu saja karena ingin menirukan adegan sinetron yang saya tonton. Di sinetron tersebut saya sering melihat adegan permohonan yang sangat putus asa, aktris selalu menangis sambil memohon-mohon dan memeluk lengan suaminya. Dan sekali lagi saya melakukan hal tersebut.

Ternyata reaksi dari papa mirip seperti di sinetron tersebut. Dia risih dengan yang saya lakukan dan menepis tangan saya.

"Kamu ngapain sih Dir? Papa ga bakalan kemana-mana"

Mendengar hal tersebut saya heran dong. Saya udah memohon dan nangis karena sedih, takut dan terinspirasi kok ngomong gitu? Apa saya mohon sambil nangis lagi aja kali yah? Ternyata selama saya sibuk dengan pikiran saya sendiri, pertengkaran mereda. Suasana rumah masih menegangkan. Seakan-akan mengisyaratkan bahwa emosi mereka berdua bisa kembali meledak kapan saja. Mama tidak merasa bahwa dirinya mampu meredakan pertengkaran ini. hal ini membuat mama menghubungi oma dan opa.

Mama, dalam keputusasaan, menelepon Oma dan Opa kami untuk meminta bantuan. Saat kedua orang tua saya berdua tiba, suasana menjadi lebih tenang. Meskipun demikian, bekas luka pertengkaran itu masih terasa, menggantung di udara seperti ancaman gelap.

Setelah berbagai diskusi dan perundingan, akhirnya kehidupan yang tenang dan stabil kembali menyapa keluarga kami.

Note: Kisah-kisah tersebut berangkat dari kisah nyata, namun diberi tambahan lain untuk membuat alur cerita lebih menarik.

Kisah ini merupakan bagian terakhir. Terima kasih karena telah mengikuti cerita-cerita tersebut. Jangan lupa nantikan karya saya selanjutnya disini yahh...

Bagi yang mau kisahnya juga dibagikan dalam bentuk cerita bisa kirim di gmail berikut yahh...

k9drani@gmail.com

Salam hangat,

Minni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun