" Oke. Setuju! Hahaha!" Gelas kopi bergoyang-goyang.
Malam makin larut. Suara pria sayup-sayup terdengar di ujung bukit itu. Dia mulai bercerita.
***
"Lebih baik kita sudahi saja. Kita berteman seperti biasa saja. Kasihan kamunya." Suara lembut wanita di hadapanku itu mengubah suasana.
Siang itu tiba-tiba terasa  lebih dingin dari semestinya. Sekujur tubuhku rasanya ingin menggigil. Walau kipas angin di dinding itu hanya ada satu, itu pun kecil.
Satu mangkuk bakso yang baru saja kutuntaskan seperti tak bermakna apa-apa. Hambar di lidah dan dingin di perut. Semua seolah-olah hampa.
" Eee... maksudnya bagaimana?" Tanyaku heran.
Warung makan bakso itu memang lagi sepi-sepinya. Siang begitu terik dan ini jam kerja pula. Suara lagu terdengar dari radio warung," Kamu tak bisa bayangkan rasanya jadi diriku yang masih cinta."
Wanita di hadapanku ini tampak kalem sekali. Terkadang terbit senyuman dari pipinya. Ia begitu tenang dan terkontrol. Seperti sudah menyiapkan pembicaraan ini jauh-jauh hari. Ia begitu yakin untuk menyudahi kedekatan hubungan kami.
" Tapi apa yang salah? Apakah aku masih overthingking? Atau apakah kamu sudah bosan denganku?" Aku lempar intropeksi kesalahanku.
" Intinya aku sudah cukup mencoba jalani ini tapi tetap gak bisa. Mungkin kita bukan jodoh. Aku belum bisa yakin denganmu. Aku tidak punya rasa apa-apa lagi padamu." Wanita itu menegaskan kembali keputusannya.