Betapa indah jika kamu dan dia yang sempat bermarahan, kemudian  dapat saling bermaafan satu sama lain. Bukan hanya di hari Idul FItri dan lebaran, tapi pada dasarnya setiap manusia punya potensi untuk saling memberi maaf kepada orang lain. Sebab, hal ini berkaitan dengan kecerdasan seorang manusia.
Dalam kajian psikologi, ada konsep mengenai kecerdasan emosi yang menjelaskan bahwa kemampuan untuk mengelola emosi (emotion management skill) merupakan komponen tertinggi dari kecerdasan ini. Kecerdasan tersebut akan berujung pada keadaan kita untuk mampu memaafkan orang lain.
Konsep ini dikembangkan dan dicetuskan oleh sejumlah nama antara lain Mayer, Salovey, & Caruso, di tahun 2004. Terdapat 4 skill atau kemampuan dalam kecerdasan emosi yang akan berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memaafkan. Kecerdasan emosi tersebut terdiri  yaitu mengenali, mengasimilasi, memahami, dan meregulasi emosi.
1. Mengenali emosi: kemampuan untuk  mengidentifikasi emosi yang muncul baik dalam diri sendiri maupun orang lain.Â
Kemampuan pertama yaitu mengenali emosi atau dikenal dengan istilah "Perceiving and identifying". Dalam hal ini, kita mengenali perasaan diri sendiri dan juga orang lain. Ya, kita mampu berempati. Contoh dari kemampuan untuk mengenali emosi pada diri sendiri dan orang lain adalah saat kita dapat memperhatikan tanda-tanda emosi yang tampak misalnya ekspresi wajah, nada suara, dan gerak tubuh.Â
Sebagai contoh, ketika kita mampu mengidentifikasi perasaan marah pada orang lain misalnya, maka  kita dapat dapat memahaminya. Kita juga dapat mengidentifikasi perasaan diri sendiri ketika marah, sehingga kita tidak mengambil keputusan dengan cepat sebab kita telah menyadarinya. Â
 2. Mangasimilasi emosi, kemampuan untuk menyesuaikan emosi untuk memperbaiki pemikiran dan tindakan
Kemampuan kedua yaitu mengasimilasi emosi atau yang disebut juga dengan istilah "facilitation". Â Kemampuan ini terjadi ketika kita mampu menyesuaikan emosi yang kita rasakan untuk digunakan pada tindakan yang tepat. Â Kemampuan ini adalah cara kita memilih emosi yang posisit yang ada pada diri kita.
Misalnya, ketika kita sedang putus cinta dan merasakan marah atau kesal kita dapat mengesampingkan emosi tersebut. Kita mampu menggunakan emosi kita menjadi perasaan positif seperti semangat dan antusiasme untuk bekerja atau berkarya.Â
Jika kita punya skill asimilasi emosi, maka rasa marah dan kekecewaan dapat kita olah menjadi bahan bakar untuk produktivitas kerja kita. Kita tidak menjadi down dan terpuruk dalam kesedihan. Kita dapat menulis puisi atau pun novel atau mengalihkan kepada pekerjaan lainnya yang membuat rasa sedih kita berubah menjadi emosi positif.