"Semoga saja daganganku laris semua!" Doa Mbok Aji dalam hati seraya merapikan sajian takjilnya itu.Â
Bagi Mbok Aji, minggu pertama di bulan ramadan adalah penentuan hari-hari selanjutnya. Jika di hari pertama dagangannya laris, maka kemungkinan besar di akhir ramadan dia bisa pulang kampung, karena tiket Bus akan mampu ia beli.
Seperti biasa tiap bulan ramadan pukul 15.30, waktu setelah ashar, adalah waktu paling tepat bagi Mbok AJi untuk membuka kedainya dan menggelar dagangannya. Â Gorengan, minuman buah, dan camilan ringan khas kampung. Dari yang manis-manis hingga yang gurih-gurih. Satu persatu dagangan Mbok Aji itu singgah di meja warung.Â
Keluarlah menu andalannya yakni bakwan dan kurma. Dari tahun  ke tahun, kurma dan bakwan Mbok Aji itu yang laris dibeli para pencari Takjil.  Menu dan jajanan Mbok Aji pun tersaji dengan lengkap tanpa ada yang tertinggal.Â
Mbok Aji  sudah siap menanti kedatangan para pemburu takjil. Namun, sore pertama di bulan puasa itu ada  yang aneh.Sebab, Mbok Aji kok merasa mengantuk sekali. Apakah ini karena Mbok Aji terlalu banyak makan nasi ketika sahur?  Ia pun ketiduran.
***
Bakwan:Â Lihatlah, diriku akan laris. Aku akan dicari oleh banyak orang.
Kurma: Siapa yang dapat memastikan? Setahuku, orang berbuka puasa itu dengan yang manis. Aku manis dan kamu tidak. Semestinya aku yang laris, kan?
Bakwan: Jangan sombong. Apakah kamu tidak ingat siapa yang dapat membuat orang batuk dan asam urat?
Kurma: Ah, maksudmu bagaimana?
Bakwan: Ya, orang-orang di sini itu lebih doyan dengan makanan yang dapat membuat mereka tidak sehat. Coba lihatlah, aku begitu berminyak ! Aku akan laris!
Kurma: Aduh, kamu terlalu percaya diri. Lihatlah ada banyak orang yang datang ke sini. Dan sepertinya mereka tidak ingin sakit. Mereka akan lebih memilih makanan yang sehat.
Bakwan: Hadeuh, orang-orang di sini berbeda dengan pemahamanmu! Kamu itu kan buah, terlalu alami. Lagi pula, kamu mirip kecoa!
Kurma: Kamu kok bodyshaming? Walau kamu buruk rupa, penuh lubang, dan bentukmu tidak presisi, Â tapi aku tak menghinamu!
Bakwan:Â Sudahlah! Yang jelas, kamu akan tercampakan di sini, bersama Mbok Aji Sampai malam!
Kurma: Waduh! Lihatlah! Mbok Aji pulas sekali. Kamu lebih tepat menjadi pengawal mbok Aji, karena kamu lebih empuk, seperti bantal!
Bakwan: Enak saja! Aku sebentar lagi akan pergi karena laris dibeli!
Kurma: Ya sudah, kita tunggu saja. Dia yang sehat akan menjadi laris!
Bakwan: Hei! Yang laris itu yang tidak sehat!
Kurma: Yang laris itu yang sehat!
Bakwan: Yang tidak sehat!
Kurma: Yang sehat!
Bakwan: tidak sehat!
Kurma: Sehaaaaaat!!
                                                                       ***
"Permisi ! mau beli kurma! "Â
" Permisi, bakwan berapa harganya?"Â
" Aduh sepertinya dia tidur di dalam sana!"
Mbok Aji terbangun, lalu mencari sumber suara calon pembeli yang terngiang dan sudah sirna sejak lama itu. Â Mbok Aji tidur terlalu pulas. Kini, ia dapati suasana mulai gelap, sepertinya adzan magrib akan tiba.Â
Mbok Aji pun menyadari kalau dagangannya itu  masih utuh. Ia lantas mengecek dua takjil andalannya,  si kurma dan si bakwan. Walau belum laku tapi syukurlah ternyata mereka diam dan tak bicara, pikir Mbok Aji.
Â
Marendra Agung JW
Ramadan 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H