joki ilmiah kini makin laris di dunia kampus? Saya jadi teringat pengalaman teman saya beberapa bulan belakangan.Â
Entah bagaimana iklan jasa penulisan ilmiah tersebut bisa mampir di feed Instagram saya. Apakah ini pertanda"Joki pembuat skripsi sekarang mahal, bisa sampai 5 Juta." Keluh teman saya suatu ketika.Â
Kami pun berdiskusi tetang bagaimana sebuah skripsi dituntaskan. Karena kebetulan saya sudah mengalaminya jauh sebelum dia, maka saya berlaku semacam mentor dadakan untuknya.Â
Dia pun mentraktir saya kopi, walau tak sedikit pun saya menyentuh laptopnya. Saya hanya menjawab apa yang ia tanya, dan memberi sejumlah refrensi. Saya kira ini semacam pekerjaan dosen pembimbing.
Teman saya itu jarang sekali bertemu tatap muka dengan dosen pembimbingnya. Menurutnya ia hanya kosultasi melalui WA dan setelah bertemu tatap muka, teman saya kerap kali mendapat persetujuan dengan ucapan semacam ini, "Lanjutkan saja dulu sampai bab 3."Â
Singkat cerita, teman saya berhasil lulus. Beberapa minggu kemudian, kami bertemu lagi. Dia pun bercerita bahwa dia baru saja menerima "objekan" dari salah seorang teman kampus. Membuatkan skripsi dengan bayaran setengah di awal dan sisanya di akhir (setelah lulus). Dia pun menerima pekerjaan tersebut karena bayarannya menggiurkan.
Jika pengalaman tersebut cukup menggambarkan fenomena perjokian ilmiah, maka ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, rendahnya semangat belajar mahasiswa sebagai peneliti atau pun menulis skripsi. Kedua, rendahnya intesitas dosen sebagai pembimbing skripsi mahasiswa.Â
Gawatnya lagi, jika joki ilmiah itu juga terjadi di kalangan dosen. Sebagaimana laporan tim investigasi harian Kompas berikut, Â Â
"... sejumlah dosen senior di beberapa kampus terlibat praktik perjokian karya ilmiah demi menyandang gelar guru besar. Salah satu modus perjokian karya ilmiah di sejumlah kampus swasta maupun negeri itu ialah dengan membentuk tim khusus yang menyiapkan artikel untuk diterbitkan di jurnal internasional bereputasi. Tim khusus itu memasukkan nama dosen-dosen senior yang ingin menjadi guru besar sebagai penulis karya ilmiah, meski mereka tak memiliki kontribusi aktif. ( Kompas.TV Jumat, 10 Februari 2023.)
Dosen dan Rendahnya Kemampuan Menulis Ilmiah