Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Merasakan Makna Ramadan untuk Pertumbuhan Diri

1 April 2023   13:31 Diperbarui: 26 April 2023   11:18 2225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita yang sedang berjuang dalam hidup ini, jangan-jangan memang harus setia pada waktu dan tujuan? 

Kita harus rela menahan diri untuk mencapai kebaikan yang telah kita cita-citakan dalam hidup ini. Boleh jadi hal tersebut yang juga dilakukan oleh orang-orang besar. Konsistensi membawa mereka pada kenyataan ungkapan "akhirnya saya berhasil". 

Kita harus setia pada perjuangan di setiap harinya. Sebagaimana ibadah-ibadah di bulan ramadan ini. Bulan ramadan istimewa karena diantaranya ada satu malam kemuliaan. 

Umat muslim mengenal malam itu dengan "lailatul qadar". Ketika perbuatan kita akan bernilai dalam hitungan berlipat-lipat ganda pada malam itu. Malam yang umat muslim tidak secara pasti tahun tanggal berapa dan kapan tibanya. Yang dapat dilakukan hanyalah konsisten dari 1 ramadan hingga malam akhir bulan ramadan.

2. Mengurangi sikap berlebihan: melatih diri untuk terbiasa tepat ukuran dan menghindari yang tak perlu

Sebagai manusia biasa, kita sangat bergelora jika bersentuhan dengan apapun yang membuat kita senang dan bahagia. Yang terkadang itu bisa menjadi jebakan, dengan membuat kita terlena dan rugi.

Momen ramadan ini dapat kita jadikan ajang melatih diri untuk bersikap tepat ukuran, sesuai fungsi dan keperluan. Misalnya, seperti ketika kita berbuka puasa. Buka puasa dengan seteguk air dan sepotong roti rupanya sudah dapat melegakan. 

Jika kita terjebak, memang terkadang tidak puas, akan melahap satu piring makanan dan semua kudapan yang tersaji. Akibatnya kita kekenyangan, mengantuk, dan malas. Padahal, masih ada ibadah lainnya yang harus dilakukan setelah berbuka.

Bagi saya, di bulan ramadan, kita berlatih untuk mengurangi hal-hal yang sebenarnya tidak perlu-perlu amat. Kita harus menyimpan energi kita untuk hal-hal yang lebih penting dan esensial. Misalnya, jika kamu anak remaja atau anak muda yang dekat dengan ponsel pintar dan konektivitas. 

Coba bayangkan, jika quota 5 giga itu sebenarnya cukup untuk aktivitas komunikasi kita selama sebulan, mengapa kita harus membeli yang 100 giga dan bahkan yang unlimited untuk sebulan? Sehingga kita harus menghabiskan kuota yang tak terpakai secara percuma. Kita terjebak pada kebiasaan berlebihan.

3. Berlatih membangun tekad: melatih kebiasaan berniat sebagai pondasi kekuatan untuk mencapai tujuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun