Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memetik 7 Pemikiran Romo Mangunwijaya Soal Pendidikan Anak

11 Februari 2023   09:35 Diperbarui: 22 Februari 2023   21:01 1832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Y.B Mangunwijaya. (Sumber: Kartono Royadi / Kompas.com)

Beliau menjelaskan bahwa kemajuan masyarakat pada seluruh segi imu pengetahuan atau sains,  di segala bidang, jauh lebih cepat dibandingkan yang mampu dicapai oleh kurikulum pendidikan itu sendiri. Belum lagi, kehadiran  segala bentuk sistem komunikasi canggih serta kemungkinan mobilitas siswa.

Saya kira pernyataan tersebut masih relevan hingga saat ini. Kita bisa melihat di sekolah untuk anak-anak atau siswa pelan-pelan mulai  menggunakan internet dan perangkat komunikasi seperti ponsel pintar sebagai sarana belajar. Sedangkan  ketika saya sekolah dulu, kami belum atau bahkan tidak diperbolehkan membawa telepon genggam ( HP).

2. Guru dan siswa sebaiknya dibingkai dalam suasana kekeluargaan.

Romo Mangun juga menganjurkan agar guru harus kembali menjadi guru dan pendidik seutuhnya. Dalam arti, guru bukanlah seorang penatar, pawang, ataupun "birokrat."

Menurut Romo Mangunwijaya, jika banyak guru masih bersikap seperti penatar itu bukan salah guru. Tapi sistem persekolahan dan iklimnya sangat berpengaruh. 

Bagi Romo Mangunwijaya, hubungan guru dan murid harus dibangun dalam suasana kekeluargaan. Guru dapat menjadi bapak, ibu, abang, kakak, atau pun sahabat. Dan itu semua berakar pada sikap kasih sayang.

3. Guru harus memandang anak muridnya   sebagai seorang anak, bukan sebagai calon anak buah.

Sekolah harus dikembalikan menjadi milik anak atau siswa. Mereka harus dianggap, dinilai,didampingi, dan diajari oleh guru sebagai anak bukan sebagai orang dewasa mini, prajurit mini, pegawai kecil, bawahan mini atau kader kecil.

Romo Mangun menjelaskan bahwa  siswa adalah anak dengan daya perkembangan alami, kodrati, secara psikologis. Guru harus memahami kapasitas anak jangan sampai membebani di luar kemampuan psikisnya.

Saya kira konsep tersebut sejalan dengan prinsip "student center" yang saat ini telah menjadi salah satu aspirasi dalam Kurikulum Merdeka.

4. Guru harus mampu mengidentifikasi kenakalan anak sebagai bentuk kreativitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun