Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

6 Kemampuan Ini Adalah Aspek Pemahaman Siswa, Apakah Siswa Sudah Betul-Betul Paham?

29 Januari 2023   14:00 Diperbarui: 3 Februari 2023   14:22 9405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru dan Siswa| Sumber Gambar: Pixabay.com

Ujung dari setiap pembelajaran adalah perkembangan siswa baik perkembangan jiwanya maupun perkembangan pikirannya.  Keberhasilan belajar atau capaian pembelajaran siswa kerap kali diidentifikasi oleh guru dengan memberi pertanyaan,

" Bagaimana anak-anak, apakah sudah mengerti ?" Tanya guru.

" Sudah Bu guru !" Jawab Siswa.

Sayangnya, cara menentukan apakah siswa sudah benar-benar mengerti, tidaklah sesederhana melempar pertanyaan seperti itu. Sebab, pertanyaan semacam itu tidak memunculkan indikator pemahaman siswa, melainkan hanya sebuah pengakuan siswa. Pemahaman siswa mengandung sejumlah aspek yang perlu digali. Berdasarkan konsep Understanding by Design.  Terdapat 6 bentuk kemampuan yang menandakan pemahaman siswa.

1. Kemampuan Menjelaskan (Explanation)

Salah satu ciri kalau siswa  memiliki pemahaman dapat dilihat dari kemampuan mereka ketika menjelaskan. Pemahaman siswa akan terlihat ketika siswa sudah mampu menjelaskan teori atau konsep yang kita ajarkan dengan kalimat mereka sendiri.

Siswa bukan saja mampu menjawab pertanyaan dengan benar tapi juga mampu memberikan alasan dan memberikan contohnya. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, ketika siswa mampu menjelaskan dengan tepat mengenai unsur-unsur instrinsik dari cerita pendek yang dibaca, maka  siswa sudah terlihat memiliki pemahaman.

Bentuk kemampuan Explanation ini menjadi aspek pemahaman siswa yang menunjukan kualitas berpikir secara akurat.

2. Kemampuan Memaknai (Interpretation)

Tanda siswa telah memahami pembelajaran dapat pula terlihat dari kemampuan interpretasi. Kemampuan ini terlihat ketika siswa mampu memaknai sebuah fakta, ide, karya dan lain sebagainya.

Siswa tidak sekedar menjawab dengan tepat berdasarkan satu prinsip atau satu konsep saja, namun juga mampu menggunakan banyak konsep dan prinsip dalam satu konteks.

Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA, siswa mampu membuat meme lucu berdasarkan berita atau kenyataan sosial yang telah dibaca. Bentuk kemampuan interpretasi ini menjadi aspek pemahaman siswa, yang menunjukan pemikiran bermakna.

3. Kemampuan Menerapakan  (Application)

Siswa yang telah memahami materi dalam pembelajaran dapat terlihat dari kemampuan mereka menerapkan apa yang mereka ketahui. Siswa yang benar-benar paham bukan hanya mampu menjelasan dan memaknai ide atau pengetahuan, namun juga menerapkannya secara nyata.

Aspek pemahaman ini dapat dilihat pada situasi praktik seperti menulis teks berita. Dalam hal ini, siswa mampu menulis dengan struktur dan kaidah kebahasaan yang tepat. Di luar itu, secara umum siswa mampu mengatasi masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Bentuk kemampuan menerapkan ini menjadi aspek pemahaman siswa, yang menunjukan kualitas berpikir secara efektif.

4. Kemampuan Memberi Pandangan Lain (Perspective)

Siswa yang memahami konsep atau materi ajar dapat terlihat dari kemampuan menggunakan perspektif. Siswa akan menunjukan keluasan berpikir, mampu melihat sisi yang berlainan dari suatu ide, fakta, dan situasi.

Siswa bukan hanya mengetahui fakta namun juga mampu menilai fakta. Siswa akan menunjukan kemampuan memahami suatu hal secara menyuluruh. Siswa mampu menilai suatu gagasan, mana yang penting dan mana yang tidak, mana fakta yang baik dan mana yang tidak baik dan lain sebagainya.

Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa menulis resensi buku. Dalam hal ini siswa mampu menilai kekurangan dan kelebihan dari karya tulis yang dibaca. Bentuk kemampuan perspektif ini menjadi aspek pemahaman siswa, yang menandakan kredibilitas berpikir siswa.

5. Kemampuan Berempati, (Empathy)

Bentuk kemampuan selanjutnya yaitu berempati. Kemampuan ini menunjukan bahwa siswa mampu menggunakan perasaan dalam proses berpikirnya. Sebab, target pembelajaran tidak berhenti di dalam kepala siswa, namun juga harus menggerakan hati mereka.

Kemampuan berempati terlihat ketika siswa mampu menempatkan dirinya pada posisi, kenyataan, dan keadaan yang berbeda dari dirinya. Siswa mampu merasakan emosi dan pikiran dari orang lain.

Sebagai contoh, dalam pembelajaran menulis cerpen, siswa mampu menyusun dialog yang mendalam, untuk tokoh cerpen yang mengalami musibah dalam konflik cerita.  

Bentuk kemampuan berempati ini menjadi aspek pemahaman siswa, yang menunjukan sensitivitas (kepakaan) siswa dalam berpikir. 

6. Kemampuan Refleksi Diri  (Self Knowledge)

Pemahaman siswa mengenai diri mereka sendiri juga menunjukan kerberhasilan proses pembelajaran. Siswa harus mampu menentukan apa yang telah mereka kuasai dan apa yang belum mereka kuasai.

Siswa bukan hanya dinilai oleh gurunya namun juga harus mampu menilai diri sendiri. Siswa mampu melakukan evaluasi dan refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari. Sehingga siswa dapat membangun integritas , dengan mengerjakan apa yang benar-benar mereka ketahui.

Bentuk kemampuan Self Knowledge  ini menjadi aspek pemahaman siswa, yang menunjukan kualitas kesadaran siswa terhadap kemampuan dirinya sendiri.

Keenam Bentuk kemampuan tersebut menjadi aspek pemahaman siswa, yang dapat terjadi secara simultan (serentak) dalam  suatu pembelajaran. Kita sebagai guru dapat menerapkannya di kelas sesuai dengan bidang mata pelajaran kita masing-masing.  

Marendra Aung J.W.

Sumber Konsep:

  • (Pembelajaran dan Asesmen, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi, RI. 2022)
  • (A Brief Introduction Center for Technology & School Change.Teachers College, Columbia University Ellen B. Meier, Ed. D., Co-Director.)
  •  (Wiggins, G., & McTighe, J. (1998). Understanding by Design. p. 85-97. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.)
  • (Alejandro Dvila1 Wiggins, G., & McTighe, J. (2005) Understanding by design (2nd ed.). Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development ASCD)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun