Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Konsep Dasar Keterampilan Memirsa, Dari Sekedar "Viewer" Menuju Kesadaran "Viewing"

19 Januari 2023   21:05 Diperbarui: 20 Januari 2023   18:15 7650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar berbahasa | Foto: Pixabay.com

Suatu hari seorang siswa bertanya, mengapa kita menontong film di kelas? Apa hubungannya pembelajaran Bahasa Indonesia dengan tayangan film?

Boleh jadi pertanyaan ini juga berbunyi di dalam benak sejumlah guru yang belum sempat tahu bahwa menonton tayangan di kelas itu perlu. Khususnya dalam konteks pembelajaran Bahasa, baik Bahasa Indonesia maupun pelajaran Bahasa Inggris. Sebab, itu berkaitan dengan salah satu keterampilan berbahasa yaitu memirsa.

Keterampilan memirsa sebagai konsep baru dalam pembelajaran bahasa di era ini patut menjadi sorotan. Sebagaimana yang telah saya tulis di kompasiana minggu lalu, bahwa keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif kini berkembang menjadi 3 jenis. Bukan hanya menyimak dan membaca tetapi juga memirsa.

Keterampilan Memirsa, Literasi Digital dan Teks Multimodal

Konsep dasar keterampilan memirsa sudah menjadi aspirasi pendidikan bahasa melalui kurikulum 2013 Edisi revisi 2016/2017. Siswa dihadapkan pada keterampilan bahasa untuk berbagai tujuan, audiens, dan konteksnya. Siswa belajar untuk terbiasa dengan beragam informasi yang disajikan dalam bentuk teks multimodal yaitu lisan, cetak, dan konteks digital.

Gerakan literasi di sekolah yang dianjurkan oleh Kemdikbud sejak kurang lebih lima tahun belakangan, juga telah menyiratkan konsep keterampilan memirsa dengan istilah literasi digital. 

Konsep literasi digital ini dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan, dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan dan  membuat informasi. Dalam hal ini, memirsa dapat disandingkan dengan keterampilan lain seperti berbicara dan menulis.

Kini, kita juga dapat pelajari konsep "memirsa" secara eksplisit lewat penjelasan Capaian Kompetensi di Kurikulum Merdeka (2022). 

Dalam penjelasan tersebut, memirsa merupakan kemampuan peserta didik ( siswa) untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian cetak, visual dan/atau audio-visual sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. 

Komponen-komponen pembelajaran bahasa yang dapat dikembangkan dalam keterampilan memirsa memiliki kesamaan dengan keterampilan membaca. Misalnya, kepekaan terhadap fonem(bunyi), huruf, sistem isyarat, kosa kata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Letak perbedaannya ada pada karakter media informasinya, yang bukan lagi bacaan fisik melainkan tayangan (visual).

Lebih dari sekedar membaca dan memahami tulisan, fokus utama keterampilan memirsa adalah kemampuan berpikir dan memecahkan masalah dalam domain visual, seperti yang dijabarkan oleh W.C Bullecer (PhD) dalam Viewing Skills: Understanding the Word and the World. 

Laporan penelitiannya menjabarkan salah satu kegiatan yang dapat menunjang kemampuan memirsa. Misalnya dengan memberi siswa instruksi untuk menemukan ide utama, karakter tokoh, urutan peristiwa, dan tema cerita dalam tayangan-tayangan televisi seperti film dan berita.

Keterampilan Memirsa dan Fifth Macro Skills 

Penjelasan-penjelasan tentang keterampilan memirsa tersebut relevan dengan konsep Fifth Macro Skills, yang menyertakan Viewing Skill (memirsa) sebagai salah satu bentuk kemampuan makro dalam komunikasi. 

Viewing skill atau keterampilan memirsa dalam pembelajaran bahasa akan mendorong siswa mengalami proses aktif tatkala memperhatikan dan memahami informasi dalam media visual seperti televisi, gambar iklan, film, diagram, simbol, foto, video, dan lain sebagainya.

Sejalan dengan uraian-uraian di atas, Andoyo Sastromiharjo dan kawan-kawan dalam Kajian Awal Keterampilan Memirsa (Viewing Skills) dan Pembelajarannya Pada Era Digital Di Indonesia, menerangkan bahwa keterampilan memirsa berfokus pada aspek linguistik, aspek visual, aspek audio, aspek gestural, dan aspek spasial atau juga disebut multi-semiotik.

Kita boleh saja menyimpulkan bahwa keterampilan memirsa akan membuat kesadaran siswa berkembang, dari sekedar "viewer" menuju kesadaran "viewing". Sehingga, siswa tidak hanya duduk dan pasif sebagai pemirsa, namun mampu berpikir kritis dan evaluatif tatkala memirsa segala bentuk konten dari media informasi yang makin aneka dan membeludak di era ini.

Berdasarkan penjabaran dalam tulisan ini, memirsa sebagai keterampilan berbahasa sangat relevan dengan kebutuhan anak bangsa sebagai generasi yang digital savvy. Walaupun demikian, kata "memirsa" belum begitu populer bahkan belum resmi tercatat sebagai kata"baku". Hingga tulisan ini selesai, kata "memirsa" memang belum dapat ditemukan di KBBI.

Marendra Agung J.W, 19 Januari 2023.

Sumber konsep dapat ditemukan di:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun