Kondisi ketiga, diskusi umum sebelum hari ujian, siswa dibangun kesadarannya untuk mendapatkan alasan  tepat untuk tidak menyontek di ujian nantinya. Â
Kondisi keempat, Â memberi ancaman hukuman yang relevan dengan test ( ujian). Kondisi kelima, memberikan ancaman hukuman yang tidak relevan sekalipun.
Temuan penelitian yang ada cenderung  menunjukkan bahwa perilaku menyontek tetap ada, atau belum dapat diatasi sepenuhnya. Lewat strategi pengondisian semacam itu hanya membuat peluang menyontek lebih kecil. Â
Dalam hal ini, perilaku menyontek terkecil ada pada kondisi yang membuat  siswa merasa akan "tertangkap" atau ketahuan.
Penjelasan-penjelasan tersebut membuat pertanyaan muncul dalam benak, "apakah fenomena menyontek ini akan abadi? Khususnya dalam dunia pendidikan kita?" Â Artinya, kecurangan ini sulit ditiadakan 100 %, jika kesadaran tentang kejujuran telah kalah dengan ketakutan akan gagal sejak siswa masih kecil.
Fenomena tersebut mirip dengan peribahasa" besar pasak dari pada tiang". Besar angan-angan keberhasilan berbanding terbalik dengan kemampuan, maka kecurangan menjadi solusi atas nama keberhasilan.
Marendra Agung J.W. 8-9 Januari 2023
Sumber literatur penelitian: Review of Educational Research Fall 1977, Vol. J7, No. J, Pp. 623-632. School Cheating Behavior. Ann Bushway William R. Nash, Texas A&M University. ( https://www.jstor.org/stable/1170002)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H