Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mungkinkah Teknologi Pembelajaran Menggerus Kreativitas Guru?

27 November 2022   21:48 Diperbarui: 8 Desember 2022   20:11 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Ilustrasi: Pixabay.com)

Siapa sangka hubungan baik antara manusia dan teknologi akan berbanding terbalik? Dari menguntungkan manusia berkembang menjadi merugikan manusia. Bagaimana jika keadaan tersebut terjadi di setiap lini kehidupan sosial termasuk sekolahan?

Sejak pandemi tahun 2020 lalu, pengaruh teknologi digital benar-benar tak dapat dielakkan oleh dunia pendidikan formal Indonesia. Keberadaannya sudah tak dianggap tabu di dalam sekolah. 

Teknologi mutakhir dengan segala jenisnya, dari hardware hingga software, dari media komunikasi hingga media sosial, hadir sebagai solusi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau pembelajaran daring.

Momen langka era pandemi Covid-19 dengan pengalaman Pembelajaran Jarak Jauh itu menyisakan residu dalam dunia pendidikan. Aroma pengaruhnya cukup jelas tercium, khususnya bagi saya, sebagai guru yang baru mengajar sejak tahun 2017 lalu.

Ironi Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

Kini, siswa dan guru seperti tersedot oleh "kelumrahan" teknologi yang artifisial ataupun yang digital, baik di kelas mau pun di luar kelas. 

Lomba-lomba vlog hingga TikTok mulai mendapat tempat di dunia pendidikan formal. Game online mulai diperlombakan secara resmi di kalangan siswa.

Metode, pendekatan, hingga bentuk-bentuk konten pembelajaran pun diremajakan kembali. Pelatihan-pelatihan dengan nafas "Ciptakan Pengajar Kreatif Melalui Pemanfaatan Teknologi" pun bermunculan di sana-sini. Ungkapan semacam "Mari semua guru kita harus kreatif dan adaptif!" boleh terdengar di hari-hari kita belakangan.

Kita yang saya sebut dalam tulisan ini yakni guru yang lahir era 1990-an, atau guru baru seperti saya yang tentu akan menikmati momen-momen perubahan gaya kepengajaran ini. Kendati demikian, saya berupaya melihat hubungan teknologi dan kreativitas itu dari sisi lain.

Bagi kita sebagai guru muda nan energik, yang percaya bahwa cara mengajar kita yang sarat dengan teknologi adalah bentuk kreativitas. Dalam hal ini saya waspada, jangan-jangan teknologi di dalam aktivitas mengajar dapat menjadi bumerang bagi kreativitas kita. Dengan bahasa sederhananya, apakah kita sedang menggunakan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran, atau justru kita sedang diperalat oleh teknologi? Coba bayangkan adegan ironi seperti ilustrasi berikut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun