Seperti mak comblang yang dapat mempersatukan orang dari dua pihak berbeda, dalam penulisan juga terdapat unsur bahasa yang menjadi pemersatu. Unsur tersebut yaitu konjungsi.Â
Konjungsi dapat dipahami sebagai unsur yang menjadi penghubung makna dalam satuan bahasa. Berkat konjungsi, makna antara kata, antara kalimat, bahkan paragraf dalam teks, dapat terjalin satu sama lain secara efektif.
Topik mengenai konjungsi selalu muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah maupun di universitas. Konjungsi selalu menjadi pembahasan dalam materi unsur kebahasaan sebuah teks. Hal itu menandakan begitu pentingnya konjungsi dalam sebuah tulisan.Â
Konjungsi kerap kali disebut dengan istilah kata sambung atau pun kata penghubung. Walau demikian, konjungsi bukan hanya sekadar berbentuk kata, namun ada pula yang berupa frasa (gabungan kata).Â
Secara garis besar, terdapat tiga jenis konjungsi yang dapat diketahaui. Ahli linguistik memetakannya ke dalam 3 jenis yakni koordinatif, subordinatif, dan korelatif. Setiap jenis tersebut memiliki ciri atau keunikan masing-masing yang berpengaruh terhadap makna kalimat.
Konjungsi Koordinatif: Mempersatukan tanpa mengikat
Pada ragam bahasa Indonesia, konjungsi koordinatif yang sering digunakan misalnya kata dan, atau, dan tetapi. Konjungsi koordinatif itu berfungsi menghubungkan dua bangunan makna tanpa mengikatnya. Artinya dua bangunan makna tersebut dapat bertukar posisi tanpa membuat makna menjadi rancu.
Sebagai contoh kalimat: "Maskapai Brasil Wajib Biayai Kosmetik Pramugari dan Staf Bandara". Kata konjungsi "dan" tidak mengikat bangunan makna sebelum dan sesudahnya. Konjungsi "dan" mengikat posisinya sendiri sehingga tidak dapat berpindah ke awal atau pun akhir kalimat.
Misalnya jika kalimat tadi diubah menjadi: "Maskapai Brasil Wajib Biayai Staf Bandar dan Kosmetik Pramugari." Makna kalimat tersebut tetap dan tak berubah. Namun jika konjungsi "dan" berpindah, kalimat jadi kehilangan konfigurasi makna. Misalnya: "Dan Maskapai Brasil Wajib Biayai Kosmetik Pramugari staf bandara."
Keterikatannya dengan posisi itu yang menjadi ciri khas tipe konjungsi koordinatif. Seperti pada contoh kalimat: "Jokowi tolak tiga periode atau tambah masa jabatan Presiden". Terdapat dua bangunan inti kalimat pada kutipan tersebut yakni:
- Jokowi tolak tiga periode.
- Tambah masa jabatan presiden.
Makna kalimat tidak terjalin jika konjungsi "atau" berpindah posisi ke depan ataupun di akhir kalimat. Misalnya, "Jokowi tolak tiga periode tambah masa jabatan presiden atau."
Hal itu juga terjadi pada konjungsi "tetapi" misalnya pada kalimat: "Siswa yang satu ini pandai, tetapi sikapnya sungguh buruk." Konjungsi "tetapi" berposisi di tengah, sebagai pemersatu dua bangunan inti kalimat yaitu "Siswa yang satu ini pandai", dan "sikapnya sungguh buruk".
Jika dua bangunan makna kalimat tersebut bertukar posisi maka makna tetap terjalin: "Sikapnya sungguh buruk, tetapi siswa yang satu ini pandai". Oleh karena itu, konjungsi koordinatif cenderung berposisi tetap dan tidak mengikat bangunan kalimat yang berdiri sebelum atau pun setelahnya.
Konjungsi subordinatif: Mempersatukan dengan mengikatÂ
Tipe konjungsi subordinatif memiliki ciri yang berbeda dengan konjungsi koordinatif. Jika konjungsi koordinatif dapat menyatukan dua bangunan kalimat yang memiliki kemandirian makna masing-masing, sedangkan konjungsi subordinatif mempersatukan dua konstruksi atau bangunan makna yang salah satunya terikat olehnya.
Contoh konjungsi subordinatif yang sering digunakan diantaranya yaitu setelah, ketika, dan karena. Di luar itu, ada banyak jenis konjungsi subordinatif. Penggunaannya memberi perluasan makna berupa waktu, sebab-akibat, persyaratan, dan lain sebagainya.
Misalnya, pada contoh kalimat berikut ini: "Saya akan meminjamkan kamu komik ini setelah saya selesai membacanya." Kata setelah dapat berpindah ke awal kalimat bersama klausa penyertanya, yaitu "Saya selesai membacanya". Maka akan menjadi, "Setelah saya selesai membacanya, saya akan meminjamkan kamu komik ini. "
Hal tersebut yang menjadi ciri khas konjungsi subordinatif. Kehadirannya bukan sekadar menjadi pihak ketiga dalam dua bangunan makna, tapi juga menjadi bagian dari makna tersebut. Oleh karena itu, konjungsi subordinatif dapat berpindah posisi.
Sebagaimana contoh berikut ini: "Kecelakaan itu terjadi ketika murid-murid sedang upacara." Konjungsi "ketika" memperluas bangunan makna tentang "kecelakaan itu terjadi" dengan makna keterangan waktu. Konjungsi "ketika" juga dapat berpindah ke awal kalimat menjadi: "Ketika kecelakaan itu terjadi, murid-murid sedang upacara."
Kehadiran konjungsi subordinatif dalam suatu kalimat menandakan bahwa ada dua gagasan yang salah satunya merupakan penjelas bagi yang lainnya. Misalnya: "Mereka terlambat karena jalanan macet". Konjungsi "karena" memberi makna penjelas berupa "penyebab" bagi bangunan makna "mereka terlambat".
Konjungsi korelatif: Kolaborasi dua unsur konjungsi
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang hadir dalam dua posisi yang terpisah. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang terpaut oleh salah satu bangunan makna dalam kalimat. Kita dapat memahami konjungsi korelatif sebagai kata penghubung ganda.
Beberapa konjungsi korelatif dalam bahasa Indonesia yang sering digunakan misalnya, baik - maupun, bukan hanya-melainkan juga, antara - dan. Keunikan dari konjungsi korelatif adalah kehadiran salah satu konjungsi akan otomatis menimbulkan unsur konjungsi lainnya.
Misalnya pada kalimat: "Berikut dampak negatif penggunaan pupuk kimia baik bagi tanaman maupun bagi lingkungan." Konjungsi baik - maupun, merangkai ikatan makna antara objek dalam kalimat. Yaitu tanaman dan lingkungan.
Hal itu juga terjadi pada kalimat: "Dalam metode perkuliahan online bukan hanya dosen yang dituntut berdedikasi tinggi, melainkan juga mahasiswanya." Dapat dilihat bahwa konjungsi bukan hanya-melainkan juga, membuat objek kalimat tersebut yaitu "dosen" dan "mahasiswanya" menjadi terkoneksi dalam makna kalimat.
Konjungsi korelatif dapat dikatakan unik, karena kehadiran salah satu unsurnya secara otomatis menimbulkan unsur lainnya. Misalnya pada kalimat: "Raja Salman akan menandatangani 10 Nota kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi."Â
Kata konjungsi "antara" memancing munculnya konjungsi lainnya yaitu "dan". Dua unsur konjungsi tersebut tak dapat berdiri mandiri melainkan harus berkolaborasi.
Penjelasan mendasar mengenai konjungsi tersebut dapat dipahami sebagai cara mambangun kalimat yang efektif. Sebab, jika konjungsi tertukar atau pun tidak menempati posisi yang seharusnya, maka makna kalimat menjadi tidak efektif.
Marendra Agung J.W
September 2021.
Sumber konsep/teori tentang konjungsi bahasa dapat dibaca di siniÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI