Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagai Kopi dan Gula, Agama dan Budaya Berkolaborasi Menyegarkan Manusia

2 Desember 2018   11:59 Diperbarui: 2 Desember 2018   20:53 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi(gambar): ©uhdwallpapers.org

Maka, dapat kita simpulkan bahwa budaya adalah upaya manusia mengelola sesuatu berdasarkan akal pikirannya. Lantas lahirlah produk-produk budaya, dari bahasa, kesenian, tradisi , adat, hingga teknologi. Dari yang tradisional, modern, kontempoler, hingga yang populer.

Agama dan Religius

(dari langit ke bumi-dari bumi ke langit)

Kemudian, apa itu agama?Berdasarkan yang sudah baku, agama merupakan ajaran atau sistem dari Tuhan yang mengatur sistem-sistem peribadatan manusia ( KBBI). Tapi boleh jadi kita bisa tak sepaham dengan definisi ini. Tentu kita harus temukan kesepahaman terlebih dahulu. Misalnya ada pemahaman lain, bahwa agama berisi aturan seluruh kehidupan manusia, dari yang terkecil hingga yang besar.

Untuk itu, kita perlu cara lain untuk memahami dua definisi tadi. Sebab, realita yang terjadi dapat merusak citra agama itu sendiri. Misalnya, ketika kita yang mengaku bergama, tapi berperilaku di luar tuntunan agama, misalnya kita mencuri, membunuh, berbohong dan sebagainya.

Cara YB. Mangunwijaya dalam mengurai pemahaman hal ini saya kira akan sangat membantu. Mangunwijaya mengurai antara "agama" dan "religius". Ada perbedaan antara agama dan religius. Orang beragama belum tentu dapat religius. Orang tidak beragama pun juga belum tentu religius. Namun, orang religius sudah pasti beragama dan bisa juga tidak beragama.

Artinya, dalam ranah spiritual, agama menyediakan bentuk atau teknis dan ritual tersendiri terkait sistem menyembah Tuhan. Hal itu tergantung apa yang diajarkan dalam Agama, yang kemudian menjadi suatu kewajiban bagi pemeluknya. Lalu, kita dapat menunjukan kepatuhan dan rasa menyembah kita kepada Tuhan di tempat ibadah dengan tempat, waktu, serta cara yang telah disampaikan dalam agama. Namun dibalik itu ada hal yang tak nampak dan tak terbentuk, yaitu proses "penghayatan" hati kita. Penghayatan kita terhadap kehadirat Tuhan inilah yang tak terbendung oleh ruang dan waktu. 

Suatu ketika kita mendaki puncak gunung, di puncak kita merasakan ada getaran yang sama di dalam lubuk hati tatkala melihat matahari tenggelam perlahan. Tiba-tiba kita bersujud, merasakan kebesaran-Nya, dan merasakan begitu rendahnya diri kita. Atau, tatkala kita tiba-tiba merinding menyaksikan bencana alam menimpa saudara kita. Kemudian hati kita terenyuh, tanpa diduga kesadaran kita conect dengan kebesaran kuasa Tuhan. Maka, saya memahami bahwa pengalaman semacam inilah yang disebut religius.

Kolaborasi Budaya & Agama

(Merawat persatuan bangsa dan negara Indonesia)

Lantas, "budaya" dengan segala produknya kemudian meneruskan, membantu, dan menunjang, peran agama tadi. Budaya mampu memberi stimulus yang membantu manusia mengalami religius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun