" Jangan-jangan kita dianggap mau membuat makar" Cetus petruk kepada saudara-saudaranya itu. Â Sementara, Bagong malah sinis dengan sikap ayahnya itu. Ia pikir bakal ada semacam nasehat-nasehat dari ayahnya yang akan menghambat progresifitas pemberontakan mereka dan warga Karang Kadempel. Lantas, setelah Gareng dipanggil, disusul petruk, kemudian ketika mendapat giliran introgasi, si Bagong ternyata sudah mangkir. Bersama gareng dan warga-warga Karang Kedempel, Bagong menuju balai kelurahan. Akan ada momen di mana orang-orang desa menyuarakan rasa, semacam aksi masa, penuntutan, dan kekecewaan kepada Kades. Petruk pun langsung menyusul.
Semar membuntuti  petruk, lantas mengamati peristiwa itu dari atas pohon besar. Hampir semua penduduk Karang Kadempel tumpah ruah di muka kantor kepala desa. Katanya ini Goro-goro, tapi seperti pesta pora. Gareng berdansa di gelanggang musik, petruk juga asik menggeleng-gelengkan kepala, mempersilakan para warga untuk berglayutan di hidungnya yang panjang. Sedangkan  bagong tenggelam dengan  wanita penayub. Semua orang berteriak, menenggak tuak, mabuk. Hingga sekian lama, gareng tersadar dari mabuknya, lantas bagai kebakaran jenggot, ia baru sadar kalau bapaknya hilang. Kiai Semar menghilang. Gareng panik.
Walaupun berposisi sebagai bab bontot, bagian akhir, namun sejatinya kisah tadi juga merupakan awal dari cerita Arus Bawah ini, bahkan bisa dikatakan inti cerita. Semacam flashback, atau bisa jadi, ini merupakan  simbol makna pesan dan nilai-nilai Punakawan yang dituangkan Emha Ainun Najib dengan cemerlang. Punakawan sebagai agen pembebasan, di mana mereka diutus Hyang Widhi, untuk melakukan perombakan struktur Hierarki menjadi Siklis, dan kelak menjadi horizontal, rata bagai garis cakrawala.Â
Sosok semar yang disebut dalam buku ini sebagai saudara kembar demokrasi, merupakan lambang pengingat untuk penduduk bumi tentang kesamaan derajat. Tentang atas = bawah, tentang pejabat atau pemimpin  setara dengan rakyatnya dalam kehidupan. Bahwa semar yang merupakan dewa Ismaya, juga merupakan bagian dari manusia, rakyat  di Karang Kedempel. Semar merupakan makhluk atas langit, sekaligus juga merupakan penghuni bumi.
Sehingga dalam buku ini jangan kira di halaman pertama, bahkan lima sampai enam bab berikutnya, pembaca akan menemukan tokoh semar beradegan atau berdialog. Karena bab pertama merupakan Kontinuitas dari bab akhir, disaat Gareng panik, menyadari bapaknya tak ada. Sampai sampai petruk merenungi, dan mengenang bagaimana detik-detik semar menghilang. Lantas, adanya adegan dialog Semar di bab akhir buku ini, juga sekaligus mengawali adanya kisah Arus Bawah.
Bekasi, 3 Oktober 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H