Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Kemarahan dan Perjuangan: Menolak Menjadi Setan Bisu

10 Januari 2025   06:48 Diperbarui: 10 Januari 2025   07:31 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia yang dipenuhi ketidakadilan sosial, kebijakan politik yang manipulatif, serta perilaku aparat yang sering kali jumawa, banyak di antara kita merasa sesak dan marah. Fenomena ini bukan hanya soal ketidakpuasan, tetapi juga pertanda kepekaan moral terhadap apa yang salah di sekitar kita. Marah adalah reaksi alami ketika kita menyaksikan kebenaran diinjak-injak dan keadilan dipermainkan.

Namun, ada tantangan besar yang muncul: bagaimana melawan ketidakadilan tanpa terjebak dalam lingkaran kemarahan yang tidak produktif? Bagaimana menghadapi fenomena doomscrolling, di mana algoritme terus menerus menyodorkan berita negatif hingga kita merasa tenggelam? Lebih jauh, bagaimana cara melawan tanpa menjadi "setan bisu"  diam di tengah ketidakadilan, tetapi juga tanpa membiarkan diri terkuras hingga tak mampu berbuat apa-apa?

Dinamika Kemarahan dan Respon

Perasaan sesak dan marah adalah bagian dari perjuangan. Mereka mengingatkan bahwa hati kita masih hidup dan tidak mati rasa terhadap penderitaan orang lain. Namun, kemarahan tanpa arah bisa berujung pada kelelahan emosional dan membuat kita kehilangan kemampuan untuk bertindak.

Beberapa orang mencoba mengalihkan perhatian pada hal-hal positif untuk menjaga keseimbangan mental. Tetapi mengabaikan berita buruk sepenuhnya juga bisa berarti membiarkan ketidakadilan terus berlangsung tanpa tantangan. Dalam kondisi ini, diam bukanlah emas---diam adalah pengkhianatan.

Di sisi lain, menjadi reaktif terhadap setiap ketidakadilan, tanpa strategi yang jelas, dapat melelahkan dan membuat perjuangan tampak sia-sia. Kita harus menemukan keseimbangan: tidak diam, tetapi juga tidak terjebak dalam kemarahan yang melumpuhkan.

Langkah Konstruktif Melawan Ketidakadilan

1. Saring dan Fokus pada Informasi

Pilih berita dari sumber yang kredibel dan relevan. Hindari terpaku pada berita sensasional yang hanya memicu emosi tanpa menawarkan solusi. Fokuslah pada isu-isu yang dapat Anda pahami dan pengaruhi.

2. Respons Aktif dan Strategis

Alihkan kemarahan menjadi aksi nyata. Bergabunglah dengan gerakan sosial, tandatangani petisi, atau ikut serta dalam diskusi publik yang memperjuangkan keadilan. Ingatlah bahwa perubahan terjadi melalui upaya kolektif.

3. Edukasi dan Peningkatan Kesadaran

Jadikan diri Anda sumber informasi yang baik untuk orang-orang di sekitar. Bagikan pengetahuan tentang isu-isu sosial dengan cara yang dapat dipahami dan diterima.

4. Gunakan Hukum dan Jalur Resmi

Jika memungkinkan, gunakan sistem hukum untuk menantang ketidakadilan. Dorong transparansi dan akuntabilitas melalui lembaga yang ada, sembari mengawasi pelaksanaannya.

5. Bangun Solidaritas

Jangan hadapi masalah ini sendirian. Bergabunglah dengan komunitas yang memiliki visi yang sama. Perjuangan menjadi lebih ringan jika dilakukan bersama.

6. Jaga Kesehatan Mental dan Fisik

Melawan ketidakadilan adalah perjuangan panjang. Istirahatkan diri Anda ketika perlu, karena perubahan membutuhkan ketahanan.

7. Berkarya untuk Perubahan

Gunakan kreativitas Anda untuk menyuarakan ketidakadilan. Tulisan, seni, musik, atau film sering kali menjadi media yang kuat untuk membangkitkan kesadaran.

Melawan dengan Kesadaran

Melawan ketidakadilan tidak selalu berarti berteriak di jalanan. Kadang, itu berarti berdiskusi, menulis, atau hanya dengan tidak menyerah pada keputusasaan. Menjadi "setan bisu" adalah pilihan yang tidak bisa diterima. Namun, perjuangan juga harus dilakukan dengan strategi dan kesadaran, bukan sekadar reaksi emosional.

Dunia memang tidak sempurna, tetapi setiap langkah kecil menuju keadilan adalah perlawanan. Kita mungkin tidak mampu mengubah segalanya, tetapi kita pasti mampu mengubah sesuatu. Dan itu sudah cukup untuk menolak menjadi setan bisu di tengah kekacauan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun