Beberapa jawaban sederhana yang berasal dari masyarakat menyebutkan bahwa (kebetulan saja) dua gempa besar di Lombok terjadi bertepatan pada hari minggu malam, yakni tanggal 5 Agustus dan hari minggu malam tanggal 19 Agustus 2018. Dua kejadian ini rupanya sempat menjadi rujukan masyarakat dengan menandai kejadian gempa besar setiap hari minggu malam. Dalam situasi yang penuh kecemasan sepertinya masyarakat lebih susah menerima penjelasan pemerintah yang menghimbau untuk tidak perlu cemas terhadap ramalan hoax tersebut, karena faktanya memang tidak ada satupun pakar didunia yang bisa meramalkan kapan akan terjadi gempabumi.
Strategi Melawan Hoax
Fakta kejadian yang membuktikan salahnya ramalan hoax barangkali menjadi hal yang membuat masyarakat batal percaya kepada hoax dan kembali mempercayai himbauan pemerintah. Namun jika menyangkut hal yang belum terjadi dan salam situasi penuh ketidakpastian, tampaknya masih diperlukan cara lain untuk mengemas informasi dan himbauan resmi pemerintah supaya lebih dipercaya masyarakat ketimbang berita hoax. Sebagai contoh, kalimat yang sering dipergunakan untuk melawan ramalan gempa hoax dengan menggunakan kalimat "Sampai dengan saat ini tidak ada seorang pakar pun didunia yang mampu meramal kapan akan terjadi gempabumi".
 Disatu sisi, hal ini merupakan fakta ilmiah yang belum terbantahkan namun disisi lain, kalimat tersebut juga menyisakan makna adanya "ketidakpastian" yang tetap menimbulkan kecemasan akan apa yang akan terjadi. Jika tidak bisa diramal, bukankah hal itu juga berarti tidak ada satupun yang tahu apa yang akan terjadi. Akankah gempa besar akan terjadi lagi esok, ataukah bumi akan kembali tenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H