Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi │Bumi Yerwa

15 Juli 2018   13:00 Diperbarui: 15 Juli 2018   13:02 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bumi ini tenang, tidak seperti bumiku yang sibuk bergerak, kadang menggelinjang, menyentak membangunkan tidurku yang lelap. 

Bumi ini senyap, tidak seperti bumiku yang sibuk memuntahkan isi perutnya yang panas keudara 

Bumi ini seperti lelap dalam tidurnya yang panjang, meski sang surya membakar permukaannya, merampas bulu halusnya yang hijau, ia tetap sabar menunggu saat tetes hujan kembali menyiram, membasahi, menumbuhkan kehidupan baru baginya 

Bumi ini tidak menyediakan banyak bagi semua mahluk yang hidup diatasnya, dan memaksa mereka untuk beradaptasi semampunya

Mahluk saling bergelut 

Mahluk saling membantai 

Kadang berebut permadani hijau bagi kawanan ternak dengan menumpahkan darah merah dipermukan bumi, menjadikan warnanya semakin menghitam 

Berebut sumber yang sedikit sambil berkerudung kepercayaan, bak serigala berbulu domba 

Bukan kepercayaan yang dikabarkan, melainkan sumber dari bumi yang diperebutkan 

Darah merah terus tertumpah, membasahi bumi ini, semakin pekat mewarnai permukaan kulitnya

Bumi yerwa.... Bumi yang sabar menerima takdir 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun