Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Obrolan Meja Bundar

5 Juli 2018   17:03 Diperbarui: 5 Juli 2018   17:20 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari blog.hopengbet.com

Satu lagi pengalaman unik yang saya temui malam ini, pengalaman yang tidak direncanakan. Malam ini adalah waktu break untuk kompetisi sepakbola World-cup sebelum memasuki babak per-empat final. Berarti malam ini tidak ada game, dan itu berarti tidak ada kemeriahan di area sosial dimana biasanya banyak rekan berkumpul didepan dengan layar besar yang menampilkan pertandingan sepakbola kaliber internasional. 

Jadi setelah makan malam dikantin, malam ini saya hanya berniat hanya akan duduk santai di area sosial sambil memesan minuman dan menikmati malam, dengan perkiraan bahwa area sosial akan sedikit sepi. Namun memasuki pintu area sosial ternyata malah menemukan banyak orang sedang asik berbincang.

Ada dua meja bundar di area sosial yang malam ini ramai dengan beberapa rekan, baik yang dikenal maupun hanya sekedar kenal wajah, yang duduk melingkar dan asik dengan obrolan masing masing. Setelah memesan minuman dari meja bar saya segera mendekat ke salah satu meja bundar dengan dua orang yang saya kenal baik, Adrian dari Argentina dan Tess dari Yaman, sedangkan sisanya hanya kenal wajah. 

Saya putuskan untuk bergabung dengan mereka disana dan mencoba berkenalan lebih dalam dengan rekan yang lain. Dan setelah saling mengenalkan diri, rupanya mereka, yang terlihat sederhana adalah orang orang hebat semua. Seorang wanita muda dari India yang baru berusia 30 tahun tapi memiliki banyak pengalaman internasional, sedangkan satunya wanita muda Nigeria dengan gelar PhD bidang mikro-biologi dari universitas terkemuka di Amerika dan telah berkeliling di banyak negara. 

Awalnya saya hanya menduga mereka sedang berkumpul biasa sambil berbincang ringan. Mereka mempersilahkan saya bergabung dan rupanya langsung masuk dalam sebuah "permainan". Ya, permainan perkenalan. Awalnya saya tidak paham, sampai Adrian dan Tess menjelaskan bahwa masing masing telah memperkenalkan diri dan semua yang ada di meja boleh bertanya apa saja tentang dirinya. Malam itu, begitu mendapat penjelasan, langsung mereka serentak menunjuk sambil berujar, "it is now your turn. Tell us who you are". Sesaat saya terbengong dalam situasi yang ganjil, karena baru kali ini dapat todongan pertanyaan yang demikian frontal dan terbuka. 

Tidak bisa mengelak memang, menghindarpun sudah tidak mungkin. Jadi segera saya memperkenalkan diri, pekerjaan dan lokasi tugas asal (duty station). Kata Bali sebagai lokasi duty station memang mudah memancing pertanyaan dan pertanyaan berikutnya. Perkiraan bahwa perkenalan saya akan singkat menjadi cerita panjang, salah satunya tentang Bali dan budayanya yang khas dan terkenal dimana mana. 

Saat itu serasa terjebak memang, sambil berpikir, pengalaman model apa lagi yang dirasakan malam ini. Rupanya setiap putaran selesai dilanjutkan dengan putaran berikutnya, sehingga semakin kami mengenal siapa masing masing dan semua latar belakang pendidikan; keahlian/ketrampilan kerja serta lembaga tempat tugas mereka. 

Salah satunya cerita dari Wapchi, wanita muda lokal, si PhD lulusan univeristas terkemuka Amerika yang semestinya bisa memiliki karier gemilang di lembaga penelitian dan farmasi terkenal di negara Paman-Sam, namun lebih memilih kembali ke tanah airnya, mengabdikan pengetahuan yang ia miliki demi bangsanya. 

Sedangkan Puri, wanita India memilih berkarier di dunia internasional meninggalkan kampung halamannya di Delhi sana dengan alasan masih ingin menikmati kehidupan bebas dan terlepas dari kungkungan budaya-nya yang dituntut untuk segera menikah setelah studinya selesai. 

Putaran semakin seru dan cepat dan setiap putaran menyisakan pembahasan pembahasan khusus yang lebih dalam, seperti tentang vaksinasi penyakit tertentu yang dibahas dari segi mikro-biologi, awal penemuan hingga pengembangannya, namun juga dibahas oleh rekan yang lain dari sisi bisnis dan teori konspirasi pengembangan vaksin untuk keuntungan bisnis perusahaan besar farmasi dunia atau lembaga kesehatan dunia tertentu. 

Benar benar aneh memang, perkenalan yang biasanya berjalan biasa dan canggung berubah diwarnai diskusi yang intens namun hangat dan penuh tawa. Serasa benar benar berada di dunia lain, penuh suprise dan keanehan yang mengalir demikian cepat serasa berada dalam group pertemanan yang telah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang lama, padahal baru dalam hitungan puluhan menit. 

Seperti biasa, anti klimaks selalu ditandai dengan keheningan tiba tiba yang menciptakan suasana ganjil, awkward, saling menunggu dalam diam tidak tentu arah. Setelah beberapa kali berada dalam situasi canggung, dan kehabisan cerita, mungkin juga bahan untuk dibagi atau ditanyakan, salah seorang rekan, Adrian memutuskan untuk menyudahi percakapan dan meninggalkan arena disusul satu persatu mengikuti langkahnya sejalan dengan waktu yang semakin larut. Kembali ke peraduan masing masing dengan pengalaman yang aneh. Setidaknya itu yang saya rasakan. Hm.... malam yang benar benar aneh, atau sebenarnya saya yang aneh benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun