Mohon tunggu...
Azmi Sudrajat
Azmi Sudrajat Mohon Tunggu... profesional -

Seorang suami yang berusaha menjadi orang baik-baik. Tinggal di Amiens, Perancis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terkenal Karena Terkenal

30 Maret 2010   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada mulanya berkarya, kemudian terkenal
setelah terkenal, tidak berkarya
karya tertingginya adalah terkenal

Miris melihat berita-berita selebriti yang beredar di media. Jika anda, seperti saya, jarang mengikuti perkembangan berita selebritis melalui infotainment, maka ketika kita menonton infotainment, akan ada sekelibat di pikiran anda, "Berita sampah seperti ini kok diberitakan?"

Jadi sangat rindu berita selebritis dahulu, yang menjual berita mengenai keberhasilan selebritis kita dalam berkarya. Seperti,
"Harvey Maleiholo memenangkan lomba manyanyi di Budapest."
"Ruth Sahanaya memenangkan lomba menyanyi di Midnight Sun Song Festival di Finlandia."
"Rano Karno menyabet Piala Citra dari film Taksi."
... dll.

Jika dahulu kita membaca atau menyaksikan acara infotainment, kita menjadi semangat dan senang. Setidaknya prestasi orang yang kita sebut sebagai selebritis sangat sangat inspiratif. Dalam hati kita ingin menjadi mereka, terkenal dan berprestasi.

Bandingkan dengan berita selebritis sekarang. Kalau menonton infotainment sekarang, setidaknya anda harus menyiapkan mangkuk besar (kalau-kalau anda muntah), sekaplet obat sakit kepala (muntah karena berita selebritis sekarang sering diikuti dengan gejala sakit kepala), dan obat pencahar (kalau muntah tidak menyelesaikan masalah, mungkin sedikit B-A-B bisa melegakan anda).

Dengan berbekal infotainment, sekarang orang bisa bertaruh.
"Britney Spears memakai celana dalam atau tidak?" atau, "Kalau memakai celana dalam, apa warna celana dalamnya?"
"Kemben yang dipakai Dewi Perssik akan melorot atau tidak?" dilanjutkan, "Kalau kembennya melorot, satu atau dua payudaranya yang kelihatan?"
"Sigi Wimala sudah menikah, kira-kira ssudah hamil berapa bulan?"

Yang sering terjadi, infotainment membuat stereotip yang (cenderung) membawa dosa.
"Foto Rahma Azh*ri diremas payudaranya beredar luas di internet." Tanggapan, "Ah, satu keluarga memang binal."
"Fani Bauty ngotot bercerai dari Mark Sungkar." Tanggapan, "Udah nggak kuat kena 'barang' Arab."

Tuh kan, akhirnya aku menulis stereotip juga. Apa sih yang kutulis ini? Bukan prestasi selebritis yang kukabarkan. Aku menulis mereka karena mereka sudah terkenal.

Ah udah ah. Stop nonton infotainment dulu. Jangankan menyaksikan berita infotainment, menuliskannya saja sudah membuatku mau muntah. Hueeeek!!! --*

Catatan: menulis sambil ditemani Ibuprofen pereda nyeri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun