Mengubah mindset ini sangat tidak mudah mengingat birokrat, secara socio-economic, lebih mandiri, nggak bisa dipecat. Satu-satunya kelemahan birokrat adalah kepatuhan terhadap perintah, tidak peduli benar atau salah. Dan ketika banyak korban bermunculan seperti kasus Jumadi, Bu Tatik, dll, maka semangat esprit de corps mereka menyala, merasa wajib membela tapi gak tahu harus berbuat apa. Positioning memunculkan sikap resistensi birokrat. Apalagi mereka sudah tidak percaya dengan janji, atau sikap perilaku yang tidak sejalan antara kata dan perbuatan. Mereka relatif lebih imun terhadap janji-janji baru, bahkan dirayu pun mereka cenderung bersikap 'mbel gedhezzz'. Maka ketika ada statemen, PNS harus berjiwa pengusaha, wiraswasta, dll yang menjanjikan kesejahteraan, mereka cenderung apatis, 'nggih-nggih tapi ora kepanggih'. Mereka tidak percaya lagi karena sudah terucap sejak sepuluh tahun lalu tapi sampai hari ini tidak ada realisasi, 'just big mouth'.
Hari ini (siang ini), di RSUD Sragen dikumpulkan dokter-dokter, petugas medik, paramedik untuk dirayu dengan bingkai kiasan ingin memperbaiki sistem dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Saya ragu para profesional ini akan mempan terhadap rayuan mengingat mereka relatif lebih mandiri dan tahan banting (dibanding PNS di lingkungan Sekda) dan sudah resisten terhadap 'gombalisasi'. Apalagi mereka tahu intervensi kekuasaan terhadap BLU - Rumah Sakit sudah begitu dalam, termasuk budaya setoran. Kasus terakhir adalah dipinjamnya kas RSUD untuk menutup defisit. Komentar mereka, "Ini kan bohong-bohongan...menutup defisit kok dengan pinjaman...". Mereka betul, defisit adalah defisit, pinjaman adalah pinjaman. Artinya, kondisi defisit menjadi tidak defisit itu hanya sebatas laporan di atas kertas. Faktanya terjadi pinjaman yang tidak serta merta menutup defisit. Bukankah pinjaman itu harus dikembalikan mengingat status RSUD sebagai BLU? Ini juga positioning yang berkembang di rumah sakit, sulit terbantahkan, dan sulit diobati walaupun di situ banyak obat dan dokter he he he...
Adakah kontra positioning atau bagaimana membuat positioning menjadi badar? Jawabannya ADA. Saya sangat tahu konsep, cara dan strateginya. Dan itu bisa dilakukan dalam hitungan minggu. Untuk negara sekecil Sragen paling lama hanya tiga minggu, akan menghasilkan gelombang penolakan terhadap pasangan tertentu. Kalau dalam dunia catur dikenal istilah 'sekak-seter'.
Bagaimana caranya? Kalau untuk jawaban ini tergantung siapa yang membutuhkan, atau dibutuhkan atau tidak. Tentu itu sangat riskan saya tulis di sini karena akan dengan mudah terbaca dan dipatahkan. Tapi saya berjanji akan memberikan gratis kepada pasangan yang berani menandatangani manifesto anti-korupsi di Sragen. Ini penting mengingat idealisme saya adalah 'SRAGEN ASRI BEBAS KORUPSI', selain bentuk manifestasi saya yang mencintai Sragen dan masyarakat Sragen, agar tidak tertipu janji-janji dari orang yang hanya mendahulukan kepentingan pribadi.
Dengan konsep, cara dan strategi sederhana, saya jamin terjadi dan berhasil. Saya mempercayai ilmu yang saya dalami.
Bogor, 15 Januari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H