Mohon tunggu...
Khudori Husnan
Khudori Husnan Mohon Tunggu... Freelancer - peminat kajian-kajian budaya populer (https://saweria.co/keranitv)

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia (Mungkin) Tak Lagi Yatim Piatu

7 Juli 2014   14:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:10 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Neoliberalisme tak hany berkicau tentang ekonomi dalam arti seperti jual beli odol atau sabun mandi belaka. Lebih dari pada itu, neoliberalisme juga merangsak masuk pada kebijakan kebijakan politik semisal sistem kerja kontrak, hak pribadi atas air di perut bumi, sekolah, dan semua-muanya nyaris tanpa kecuali dengan pemilik kapital/modal sebagai pemain utamanya. Sebagai efek  yang berduit makin gendut  dan yang bokek tentu saja makin kere dan hampir-hampir tak di"reken" dalam pergaulan sosial.

Oiya mumpung inget. Jika ada di antara Anda mendengar istilah fundamentalisme pasar penalarannya kurang lebih seperti keterangan  di atas. Sekadar tambahan informasi dari buku David Harvey juga fundamentalisme pasar yang terkesan muncul  beriringan dengan fundamentalisme keagamaan baik Islam maupun selain Islam juga dibahas terperinci di buku itu.

Ah, terlalu panjang tulisan ini. Mungkin Anda lelah...

Singkatnya saya kembali ke judul saja. Di bagian artikel  B. Herry Priyono 2009 silam saya terkesan dengan bagian pamungkas itu tulisan. BHP menulis begini tentang buku David Harvey "Seusai membaca buku itu, saya merasa Indonesia mirip negeri yatim piatu."

Ucapan BHP sepintas menyiratkan pesimisme. Tapi bagi saya menyelinap sebuah  optimisme apabila dikaitkan dengan situasi politik hari ini yang bersiap hadapi Pemilu presiden. Memilih presiden adalah memilih kepala pemerintahan mirip memilih ayah dan ibu baru,  setelah seorang anak  terlalu lama bertahan hidup sebatang kara, tanpa dukungan, perhatian dan belaian kasih sayang seorang ayah (juga ibu) lantaran berbagai alasan, seperti ayah dan ibu meninggal, kawin lagi dan tak lagi sudi merawat anak-anaknya, ayah dan ibu asyik dengan dunia masing-masing hingga  lupa diri dan seterusnya.

Untuk itu, bagi Anda calon pemilih. Pemilu 9 Juli nanti. Saran saya pilihlah calon presiden yang mirip atau sekurang-kurangnya mendekati gambaran ideal Anda akan sosok seorang ayah. Sembari semalam sebelum hari pencoblosan mendengar lagu Ebiet G Ade berjudul "Titip Rindu Buah Ayah." Selamat mencoba. Selamat mencoblos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun