Mohon tunggu...
Afni Zulkifli
Afni Zulkifli Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis adalah sajadah kata untuk berbicara pada dunia

Jurnalis, Akademisi, Praktisi Komunikasi Publik dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kontroversi Riset Karhutla David Gaveau: Haruskah Manggala Agni Padamkan Gunung Api?

23 Januari 2022   08:44 Diperbarui: 23 Januari 2022   16:53 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cita sentinel 2

Sebenarnya obyek riset David L.A.Gaveau sudah lama, yakni kejadian kebakaran hutan dan lahan tahun 2019. Di tahun itu, lembaga yang menaungi peneliti asing tersebut, CIFOR (Center for International Forestry Research) telah mencabut publikasinya secara resmi karena dinilai melanggar proses penerbitan artikel ilmiah dan sangat prematur.

10 Desember 2019, Nature.com, website resmi afiliasi jurnal internasional terkemuka, menerbitkan berita kesalahan riset David yang diperkuat pakar dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, rumah bagi banyak peneliti terbaik di Republik ini), Guru Besar IPB Prof Bambang Hero (peraih penghargaan internasional John Maddox Prize 2019 karena kegigihannya dalam pembuktian kejahatan karhutla), dan tentu saja oleh pemerintah Indonesia sendiri. Case close.

Namun artikel David cs yang menyimpulkan bahwa areal terbakar karhutla 2019 lebih luas berkali-kali lipat dari data resmi pemerintah Indonesia, kembali mengemuka saat terbit di jurnal Earth System Science pada akhir tahun 2021, yang kemudian di awal tahun 2022 dimanfaatkan beberapa kalangan untuk menggiring opini publik bahwa pemerintah Indonesia berbohong soal data riil luas karhutla tahun 2019.

Pada ruang klaim inilah butuh edukasi publik dengan bahasa sederhana tentang metodologi penghitungan luas karhutla di Indonesia. Bukan untuk menentukan siapa yang salah dan benar, karena kegiatan riset atau penelitian sebenarnya adalah tindakan objektif dalam usaha mengembangkan, sekaligus menguji ilmu pengetahuan. Mengapa pengetahuan masih harus diuji? karena hakikatnya pengetahuan bersifat hidup. Tumbuh dan berkembang secara dinamis.

Artikel ilmiah yang sudah terbit di jurnal internasional sekalipun, tidaklah bersifat absolut paling benar, karena itu di kalangan akademisi dikenal istilah critical review atau evaluasi teks akademis, dan itu menjadi hal biasa karena setiap temuan bisa diuji kembali kapan saja secara ilmiah. Mari sementara ini kita telaah dulu secara ilmiah popular perihal data luas Karhutla tahun 2019 versi David Cs dan Pemerintah Indonesia.

Perbedaan data pendukung

Hal krusial yang membedakan riset David cs dan pemerintah ada pada data pendukung. David hanya mengandalkan Hotspot (MODIS,VIIRS); MODIS MCD64 dan data karhutla KLHK untuk assesment/validasi. Sementara pemerintah menggunakan hampir seluruh satelit yang ada. Untuk hotspot atau titik api menggunakan NOAA, MODIS, VIIRS, Landsat; untuk burned Area Lapan (Landsat dan Sentinel); ditambah data lapangan (hasil pengecekan lapangan dan laporan pemadaman).

Data verifikasi lapangan inilah yang jadi keunggulan pemerintah dan tidak dilakukan sama sekali dalam riset David Cs. Meski cek lapangan yang dilakukan secara manual oleh manusia ini dianggap kuno, namun justru inilah penentu dan salah satu kunci strategi keberhasilan mitigasi karhutla 2020 dan 2021 di Indonesia. Hasilnya juga telah diakui di berbagai forum resmi Nasional dan Internasional.

Mengapa selain menggunakan satelit, masih harus cek lapangan? Cara kerja sederhananya begini.

Satelit hanya mampu menangkap titik panas (hotpost), bukan menangkap titik api (fire spot). Padahal hotspot bukan berarti firespot. Jika periset benar-benar turun ke lapangan, melakukan tringulasi data dengan satgas pemadam secara teliti, maka fakta-fakta seperti 'hotspot palsu' akan sangat banyak mereka temui di tingkat tapak. Terbukti riset David yang hanya mengandalkan kerja mesin sebenarnya juga menemukan itu, bahkan objeknya lucu-lucu.

Seperti lahan terbuka pemukiman, awan, bandara, perkebunan yang lagi panen, bahkan gunung api pun diidentifikasi David sebagai hotspot ataupun areal terbakar. Jika sudah begini, secara empirik lapangan jika merujuk kerja pengendalian karhutla hanya mengandalkan data pada riset David, apakah Manggala Agni dan tim satgas Karhutla juga harus memadamkan gunung berapi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun