Kematian yang tinggi pada Ibu juga memprihatinkan. Menurut Riskesdas Kemenkes (2018) dari 76% kematian Ibu, sekitar 36% kematian terjadi saat melahirkan. Penyebab terbanyak karena komplikasi dan perdarahan saat kehamilan dan persalinan. Selain mewaspadai ibu hamil dengan penyakit Hipertensi dan Diabetes. Penyebab terbanyak juga karena Pernikahan dini.
Seharusnya kasus-kasus pada ibu yang diingatkan Ibu Negara tidak harus terjadi lagi, karena setiap ibu yang hamil apalagi HB nya rendah pasti akan diberikan Tablet Tambah Darah (TTD) dalam jumlah yang cukup dan dievaluasi setiap bulan hari kegiatan Posyandu, serta mendapat konsultasi asupan gizi.
Setiap ibu hamil mendapat kesempatan gratis Periksa Kehamilan kepada Bidan Puskesmas 6 (enam) kali selama kehamilan. Dengan pemeriksaan rutin di Posyandu dan Puskesmas pasti akan mencegah terjadinya risiko Stunting maupun risiko Kematian pada ibu hamil atau bersalin.
HENTIKAN KASUS STUNTING DAN KEMATIAN IBU BERSALIN
Semua pihak, Pemerintah dan Masyarakat harus bekerjasama dan sama-sama bekerja, dengan motor penggerak Puskesmas dan PKB (Penyuluh Keluarga Berencana) didukung Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri Bidan, PKK dan Kader untuk mendatangi setiap remaja, calon pengantin, pasangan usia subur yang akan hamil, sedang hamil, atau sedang mengasuh anak balitanya yang datanya sudah terhimpun akurat "by name by address" ditangan PKB.
UNDP melaporkan posisi HDI (Indeks Pertumbuhan Manusia) Indonesia, cenderung stagnan di posisi 111 dari sekitar 200 Negara didunia. Salah satu indikatornya yaitu dibidang Pendidikan, secara rata-rata penduduk Indonesia usia 25 tahun keatas sudah menempuh 8,17 tahun masa sekolah atau setara kelas VIII (BPS,2019). Artinya tamat SD, belum tamat SLTP.
Dapat dibayangkan, betapa sulitnya bagi seorang Ayah dan Ibu untuk membangun Keluarga dan mendorong tumbuh putra dan putrinya, sementara mereka kualifikasi keterdidikannya hanya tamat SD tidak selesai SLTP. Dan nilai-nilai luhur seperti apa yang bisa disampaikan dan dicontohkan atau didiskusikan dengan anak-anaknya jika sang bapak dan sang ibu hanya lulus SD tidak selesai SLTP.
Jika kaum perempuan memiliki pengetahuan dasar yang baik sudah dapat dipastikan cara berfikir dan orientasi tentang Keluarga Berkualitas jauh melompat. Jangan sekali-kali menganggap mereka sudah tahu, sebelum kita bertemu dan memastikan.
Perlu dievaluasi kembali kurikulum Pendidikan dasar, agar siapapun anak Indonesia, yang lulusan SD atau SLTP tetapi kematangan mentalnya, adabnya, wawasan sosialnya termasuk Kesehatan reproduksi sudah matang.
Saatnya Indonesia menjadikan IBU sebagai Guru Bangsa dan Ibu Kemanusiaan yang menjamin proses memanusiakan manusia selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun, dan seterusnya, tanpa henti, tanpa libur, tanpa gaji, bukan sambilan.
Ibu terus bekerja, tidur setelah semua tidur dan bangun sebelum semua bangun.