Andai pesan Gerakan kaum Ibu/Perempuan berlanjut dan konsisten selama 94 tahun, akan berbeda wajah kemanusiaan dan kualitas kesehatan Indonesia.
PESAN IBU NEGARA
Ibu Negara Iriana Jokowi dalam pidato Nasional yang disiarkan luas di berbagai media dan media social, yang tampil anggun, matang dan sederhana, bertutur lembut tentang masalah besar yang sedang kita hadapi, yang sedang dihadapi perempuan dan ibu Indonesia, antara lain kasus stunting dan angka kematian ibu yang tinggi.
Dua dari sejumlah masalah Kesehatan dan Sosial yang berkaitan kuat dengan kaum perempuan dan ibu, sesungguhnya bentuk akibat macetnya pesan para tokoh Ibu yang sudah digaungkan 94 tahun.
Boleh jadi tingginya angka Stunting (anak gagal tumbuh dan gagal cerdas) dan tingginya angka kematian Ibu melahirkan (karena kurang perawatan semasa kehamilan) merupakan akibat tidak diperhatikan pesan-pesan ibu pejuang terdahulu.
Stunting adalah kondisi mengerikan. Anak yang dilahirkan gagal tumbuh, gagal fikir dan akhirnya menjadi gagal kerja dan menjadi beban sepanjang masa bagi keluarga dan masyarakat.
Para ahli mengatakan anak yang sudah Stunted menjadi Lost Generation atau generasi yang hilang. Ia dianggap hilang sekalipun secara fisik ia ada.
Keadaan stunting yang terjadi karena malnutrisi kronis (berlangsung lama) tidak hanya dialami keluarga miskin, namun juga keluarga mampu atau kaya.
Menurut Riskesdas Kemenkes tahun 2018, 1 dari 4 balita Indonesia terancam Stunting (lebih 24%), artinya ada lebih 6 juta anak balita dalam status risiko Stunting. Kondisi ini menempatkan Indonesia menjadi negara kedua tertinggi kasus Stunting diantara negara anggota ASEAN dan ke-5 di Dunia. Â WHO menargetkan angka Stunting tidak boleh lebih dari 20%.
Sementara itu World Bank menginformasi 54% angkatan kerja saat ini adalah penyintas Stunting, ini kondisi yang serius bagi Pemerintah berdampak pada kinerja Pemerintah. Karenanya Presiden memberi perhatian khusus agar prevalensi harus ditekan hingga 14% pada tahun 2024 dan menugaskan Kepala BKKBN menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting.
Akar masalahnya bukan hanya kurang asupan gizi semata, juga karena kurangnya informasi sehingga karena ketidak-tahuan dan mungkin ketidak-pedulian sang ibu akibatnya jabang bayi mengalami risiko menjadi stunting. Jika keadaan ini berlanjut hingga usia balita (dibawah 5 tahun), keadaan semakin tidak tertolong. Padahal selama 5 tahun pertama seharusnya sang anak mengalami Tumbuh Kembang secara normal.