Gagasan itu kemudian disambut Dokter Soetomo dengan didirikannya Organisasi Budi Utomo bersama para pelajar STOVIA (Sekolah Kedokteran) seperti Goenawan Mangoenkoesomo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908..
Deklarasi Organisasi Budi Utomo, menunjukkan telah terjadinya pergeseran perjuangan bangsa Indonesia, dari semula dilakukan secara fisik menjadi perjuangan secara politik dan diplomatis. Dan pola perjuangan pun bergeser dari Kedaerahan menjadi Nasional.
Berawal dari Kebangkitan Nasional ditahun 1908, dilanjut dengan Sumpah Pemuda 1928, kemudian Persiapan Kemerdekaan dengan merumuskan Dasar Negara dimulai Mei 1945, hingga deklarasi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, dan kesepakatan Sistem dan Konstitusi Nasional pada 18 Agustus 1945.
Semua tidak lahir begitu saja, tidak ada saling paksa, para founding fathers berfikir untuk masa depan, untuk waktu tak berbatas, sehingga mereka selalu menemukan Bahasa dan Narasi kebersamaan.
Bayangkan, Â mereka menemukan "mantra" kebersamaan yang diakui dunia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Apapun isi Konstitusi, apakah ia Tujuan Nasional, Bentuk Negara, Bahasa Nasional, Batas Negara, bahkan Falsafah Negara Pancasila serta Dasar Negara Yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi adem, nyaman, bermakna dan abadi ketika, jiwa dan cara fikir anak-anak Bangsa menggunakan mantra Bhinneka Tunggal Ika.
MEROBEK KEBHINNEKAAN
Lima tahun terakhir ini, diudara Indonesia tercium aroma busuk kebencian, sesuatu yang belum pernah terjadi.
Kebhinekaan robek dan terpolarisasi menjadi Cebong dan Kadrun, menjadi kaya dan miskin dengan jurang yang semakin menganga.
Luarbiasanya keterbelahan meluas sampai kepada kaum yang mengaku dari Kampus, tempat dimana dicitakan terbangun konstruksi moral dan integritas.
Dan diamnya Parlemen, dimana kekuasaan untuk menjaga rajutan kebangsaan terkunsi mulut dan jiwa nya, demi politik kekuasaan sesaat yang sesungguhnya semu dan palsu, karena ia bukan gene atau DNA kebangsaan dari Bangsa yang kaya budaya dan memiliki Budi yang tinggi.