Dr.Hasto Wardoyo,Sp.OG (K), Kepala BKKBN pada kesempatan dialog bersama CNBC Indonesia, 11 Mei yl, memproyeksikan bahwa Pandemik Covid-19 akan memicu peningkatan angka kelahiran bayi tahun 2021.
Hal itu terkait dengan laporan penggunaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) pada fase transmisi virus Covid-19 bulan Maret 2020 yang menunjukkan PENURUNAN penggunaan KONTRASEPSI yang mencapai 40%, yang bisa berujung kepada risiko kehamilan, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy).
DetikHealth, menulis perbincangan yang luas berkenaan dengan potensi 400 ribu lebih kehamilan yang tidak direncanakan selama Work From Home (WFH).
Dari Kabupaten Tasikmalaya dilaporkan terjadinya peningkatan kehamilan sebesar 105% selama masa pandemi Covid-19.
PEMBANGUNAN BERBASIS DEMOGRAFI
Satu aspek yang secara konsisten sudah digunakan disemua Negara di Dunia, yakni menghubungkan DEMOGRAFIE (Family Planning/KB) dengan DEVELOPMENT.
Family Planning dan Demografi merupakan determinan utama bagi Negara yang punya visi Kemajuan, Kesejahteraan dan Keadilan.
Undang-Undang No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, tegas mengamanatkan untuk mengintegrasikan penduduk dalam pembangunan. Dipertegas lagi dalam Konvensi Kependudukan Sedunia, bahwa Pembangunan suatu Bangsa harus berbasis pada kondisi Kependudukan. Keluarga menentukan mutu Pemimpin Bangsa dimasa yang akan dating.
Negara dengan perhatian yang kurang terhadap Program KB mengalami stagnasi dalam pertumbuhan, banyak pengangguran, tinggi angka kemiskinan, rendahnya kesempatan sekolah, lansia terlantar, serba dalam kesulitan seperti yang dialami beberapa negara seperti India, Namibia dan Ethiopia.
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Penduduk bumi saat ini sudah mencapai lebih 7,6 Milyar. Jumlah 1 Milyar dicapai pada tahun 1900. Dalam waktu 50 tahun (1950) menjadi 2 Milyar. Dalam 30 Tahun (1980) menjadi 3 Milyar. Semakin cepat, dalam 15 tahun (1995) menjadi 4 Milyar. Dan kemudian dalam 13 tahun (2008) menjadi 5 Milyar. Tahun 2015 sudah melampaui 6 Milyar. Dan tahun 2020 diperkirakan sudah mencapai 7,6 Milyar.
Sementara SUMBERDAYA alam semakin berkurang, mengering dan hilang.
Kebutuhan utama seperti Air bersih semakin langka, Minyak semakin kecil depositnya, lahan pertanian semakin sempit karena kebutuhan perumahan dan infrastruktur, lapangan kerja diperkirakan juga semakin sempit karena dunia masuk era industri 4.0 dan 5.0 yang mengandalkan tehnologi dan network serta efisiensi.
INDONESIA saat mengawali Pembangunan Nasional melalui Trilogi Pembangunan ditahun 1969 meyakini bahwa pengendalian penduduk sangat berkontribusi terhadap peluang Pembangunan Nasional.
Tahun 1970 didirikanlah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Kala itu begawan Ekonomi, Profesor Dr.Widjojo Nitisastro di tahun 1970 memprediksi penduduk Indonesia tahun 2000 akan mencapai 285 juta, dan tahun 2010 mencapai 340 juta.
Melalui Gerakan KB Nasional yang masif dan terstruktur dengan pendekatan sosial yang melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan seluruh Kementerian/Lembaga, menunjukkan hasil bermakna.
Sensus penduduk tahun 2000 mencatat penduduk Indonesia 206 juta, artinya Program KB berhasil mencegah sekitar 80 juta bayi yang tidak jadi lahir.
Demikian pula Sensus 2010, jumlah penduduk Indonesia 237,6 Juta.
Artinya hampir 100 juta Bayi TERCEGAH LAHIR dengan kesadaran masyarakat.
Sukses Program KB Nasional memberikan banyak kontribusi terhadap Pembangunan Nasional, mulai dari beban anggaran konsumsi yang terkendali dan dialihkan kepada Pembangunan pendidikan (SD/SMP Inpres), kesehatan (Puskesmas) dan tehnologi (listrik masuk Desa) dll.
Hasil ikutan, penurunan jumlah populasi usia muda mengubah grafik demografi yang menunjukkan semakin banyaknya kelompok usia produktif, sebagai angkatan kerja dan sumber ekonomi keluarga.
Pencapaian fenomenal upaya menurunkan angka TFR dari 5,8 pada tahun 1970 menjadi 1,9-2,1 pada tahun 1995, menyebabkan munculnya kelompok usia produktif (15-65 tahun) sejak 2010 lebih dari 50%.
Kondisi ini merupakan BONUS DEMOGRAFI yang terjadi sejak 2010 dan diperhitungkan hingga 2035.
Artinya PELUANG Indonesia menjadi Negara SEJAHTERA dijalan tepat.
KAMPUNG KB
Presiden Jokowi melihat peluang sejahtera harus diperbesar.
Penguatan fungsi keluarga dan Keluarga berkualitas merupakan persyaratan mutlak kemajuan Bangsa.
Memulai itu beliau menggagasi pembentukan KAMPUNG KB yang menjadi lokus intervensi terintegrasi lintas sektor dengan kriteria Kepesertaan KB terendah dan Angka kemiskinan tertinggi.
Menandai gerakan “kembali ber KB”, Presiden melakukan pencanangan pertama Kampung KB pada 14 Januari 2016 di Desa Mertasinga, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.
Pada kesempatan tersebut, bapak Presiden mengingatkan Keluarga Indonesia untuk mencapai kesejahteraan melalui norma “Dua Anak Cukup”.
Saat ini sudah terbentuk 7.744 kampung KB diseluruh Indonesia (Info Ditbinlap BKKBN, 2020).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, SDKI 2017 menunjukkan penurunan TFR, yang semula lebih 15 tahun stagnan pada angka 2,6 menurun menjadi 2,4. Kecil namun berarti sebagai HARAPAN menuju Penduduk TUMBUH SEIMBANG (Terkendali).
COVID-19 (DAPAT) MENGUBURKAN HARAPAN
Karakter infektif virus Covid-19 yang “silent attack”, menimbulkan rasa khawatir yang tinggi untuk tertular, menyebabkan masyarakat #Dirumahsaja.
Sekalipun kepesertaan berKB meningkat terus dan mencapai 64% (SDKI 2017).
Namun dampak Covid-19 menyebabkan PUTUS PAKAI KB yang tinggi hingga 34 %.
Disamping masih banyak yang belum terlayani (unmeet need) sekitar 11 % dari total PUS (Pasangan usia subur).
Saat ini ada 48.429.935 Pasangan Usia Subur di Indonesia. Bisa dibayangkan jika pelayanan KB macet dan putus pakai, maka diperhitungkan pada tahun 2021 akan terjadi kelahiran jauh diatas rata-rata 4-5 juta pertahun.
Itu BABY BOOM yang dapat mengancam pertumbuhan pembangunan Nasional.
UPAYA PENCEGAHAN
Kampanye #Dirumahsaja bagi pasangan usia subur menjadi dilemma, bisa berarti "Bulan Madu Kedua" yang menghasilkan Kehamilan yg tidak diinginkan (unwanted pregnancy).
Disamping itu janin tumbuh tidak sehat karena stress, bisa berlanjut keguguran atau berakibat aborsi, dan bila aborsinya dilakukan dengan tidak aman (unsafe abortion) bisa berakibat kematian ibu atau janin atau keduanya.
Indonesia bisa kembali ke episode yang sudah dilewati yakni masa tingginya Kematian Ibu melahirkan dan tingginya kematian bayi.
Ditengah hingar bingar khawatir terpapar Covid 19, masyarakat khususnya Pasangan Usia Subur terganggu aksesnya untuk mendapat pelayanan KB.
BKKBN bergerak cepat, menawarkan kontinuitas pelayanan berKB cegah putus pakai dengan memberikan alat kontrasepsi alternatif yakni Suntik, Pil dan Kondom, sebelum mendapat Kontrasepsi Modern seperti IUD, Susuk atau Kontrasepsi mantap.
Dukungan dan kerjasama aparat Kemendagri dan Kemendes hingga ke level Desa/ Kelurahan/ Nagari/Nagori, juga Babinsa TNI dan Babinkamtibmas Polri bersama-sama sangat membantu memastikan ketersediaan pelayanan Kontrasepsi bagi semua Pasangan Usia Subur.
NEGARA PEDULI KEPENDUDUKAN DIJALAN SUKSES MERAIH KESEJAHTERAAN
BERENCANA ITU KEREN
Jakarta, 22 Mei 2020, 21.30
Dr.Abidin/Yunus P.Noya
#Silahkan Share
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H