Pertanyaan yang selalu ditanyakan pasien selama saya praktek adalah "dok, bagaimana sih cara membersihkan telinga yang benar?"
Jawab saya: "Tidak perlu dibersihkan." Saya memiliki 3 putri, saya tidak pernah membersihkan telinga anak saya dari lahir hingga saat ini. Saaaaama sekali. Bukan karena saya dokter THT makanya anak saya telinganya bersih sendiri loooooh.. Tapi semua ada alasan yang jelas.
Saya cerita dikit tentang bentuk fisik telinga. Pada dasarnya, telinga dibagi menjadi telinga luar, tengah, dan dalam. Batas telinga luar dan tengah adalah gendang telinga. Telinga luar adalah ruangan berwarna hijau, sedangkan telinga telinga adalah ruangan yang berwarna merah.Â
Gendang telinga sendiri adalah membran yang sangat tipis. Yang terpenting diperhatikan di sini, gendang telinga berfungsi untuk menangkap getaran suara dan menghantarkan ke dalam ruang siput (warna ungu) dimana proses suara diubah menjadi energi listrik.Â
Walaupun tipis, gendang telinga merupakan membran yang terdiri dari 3 lapisan. Lapisan luar merupakan lapisan sel kulit, lapisan dalam adalah lapisan sel selaput lendir, sedangkan lapisan tengah adalah lapisan jaringan ikat. Yang paling penting yang diperhatikan untuk masyarakat adalah lapisan paling luar. Lapisan paling luar dari gendang telinga merupakan sel kulit yang bersambung dengan kulit liang telinga hingga keluar liang telinga.Â
Artinya sama dengan kulit di bagian tubuh yang lain, kulit adalah sel yang selalu mati dan tumbuh kembali (regenerasi). Proses regenerasi kulit menjadi kulit baru memakan waktu sekitar 28 hari, sedangkan kulit yang mati akan terlepas tanpa terlihat mata telanjang. Berarti di dalam liang telinga, proses ini pun juga terjadi regenerasi yang berujung menjadi kotoran telinga.
Jadi artinya, telinga tidak perlu dibersihkan untuk mengeluarkan kotoran melainkan proses pembersihan akan terjadi secara alami. Sedangkan fungsi lain minyak di liang telinga berguna untuk melembabkan liang telinga & mencegah agar kulit liang telinga tidak kering. Karena apa yang terjadi pada kulit kering? Tentu rasa gatal.
Pasien sering lanjut bertanya begini, "Terus kok kalo telinga saya kotorannya banyak dok?" Jawabannya simpel, karena manusia diciptakan berbeda-beda. Ada yang produksinya lebih banyak, ada yang bentuk liang telinga nya tidak normal sehingga kotoran gagal bersih sendiri. Tapi pada sebagian besar populasi, telinga nya bersih sendiri.
Tapi beda halnya dengan orang yang terlalu sering korek-korek telinga. Telinga yang sering dikorek-korek tentu akan lebih berisiko membuat liang telinga menjadi mudah lecet & kering. Belum lagi cutton bud yang dipakai lebih sering hanya mendorong kotoran. Resiko lain yang dapat terjadi adalah trauma pada gendang telinga, karena dari luar liang telinga sampai ke gendang telinga hanya 2,5 cm saja. Saaaangat pendek, dan semua orang pasti tidak mau kehilangan salah satu panca inderanya bukan?
Jadi.. Bagaimana cara membersihkan telinga yang benar? Tentu sebaiknya dibersihkan oleh orang lain yang dengan jelas dapat melihat ke dalam dengan pencahayaan yang jelas dan alat yang tepat. Membersihkan telinga dengan cutton bud bukan tidak boleh, tapi tidak perlu.Â
Dalam beberapa kasus saya memperbolehkan pasien saya untuk membersihkan liang telinga nya. Hanya untuk kasus yang di mana telinga ini selalu gagal bersih sendiri. Sebisa mungkin dilakukan tetap oleh orang lain dan hanya membersihkan dengan cutton bud dengan kedalaman maksimal 1 cm. Kalau ragu, lebih baik ke dokter THT.
Jangan pernah mengambil cutton bud pada saat telinga gatal. Karena secara spontan pasti orang tersebut akan menggaruk dengan cutton bud. Kulit liang telinga sangat tipis. Resiko luka dan lecet lebih mudah terjadi pada liang telinga, yang akhirnya bisa menjadi sumber dari berbagai penyakit telinga.
Pesan akhir saya, lupakan kalau telinga anda ada lubangnya. Kebiasaan korek-korek telinga lebih sering bikin malapetaka dan justru akan membuat lebih sering akan berkunjung ke dokter THT.
Semoga bermanfaat,
dr. Ashadi Budi, Sp.THT-KL
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI