Mohon tunggu...
Afkar Aulia
Afkar Aulia Mohon Tunggu... profesional -

Lahir 13 juni 1988, bersekolah di SD Muhammadiyah Karangkajen I yogyakarta, SMP N 9 yogyakarta, SMAN 1 yogyakarta, dan fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Bekerja 3 tahun sebagai dokter umum, lalu melanjutkan pendidikan sebagai residen Ilmu Kesehatan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Es Krim Termahal di Dunia dan Gangguan Jiwa

18 Oktober 2015   16:37 Diperbarui: 18 Oktober 2015   17:19 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun merupakan sebuah fiksi, Hercules mungkin menggambarkan apa yang dipahami masyarakat tentang gangguan jiwa: Mengamuk tanpa terhentikan dan berteriak-teriak tanpa kenal bahaya akibat adanya kutukan. Padahal anggapan ini salah. Pasien gangguan jiwa, dalam beberapa penelitian, ternyata memiliki kekuatan genggaman tangan yang kurang lebih sama dengan orang biasa. Kita juga telah mengetahui berbagai perubahan biologis pada otak seseorang dengan gangguan jiwa. Misalnya kenaikan aktifitas zat kimia Dopamin di otak, penipisan tebal korteks, kekakuan neuropil dan dendritic spine, microglia yang terlalu teraktifasi, dan lain-lain. Jika seseorang mau mengutuk orang lain supaya terkena gangguan jiwa, maka pasti diperlukan pemahaman yang sangat tinggi terhadap cara kerja otak manusia, termasuk dengan struktur dan zat kimia yang hanya saya tuliskan singkat tanpa penjabaran tadi. Maka agak mengherankan jika dengan pemahaman sehebat itu, setan dan para dukun ternyata belum memiliki mobil terbang atau reaktor nuklir milik bangsa mereka sendiri. Gangguan jiwa adalah kumpulan penyakit yang muncul akibat stres yang berat dan perubahan di otak, tetapi bukan karena kutukan atau santet.

Mungkin kita hanya melihat kejadian di saat pasien mengamuk, berteriak-teriak, atau berkeliaran di jalanan dengan membawa benda-benda aneh. Bagaimana dengan kehidupannya?

Pasien gangguan jiwa mungkin memiliki keluarga yang terus menerus berusaha agar pasien minum obat, meladeni dengan sabar ucapannya yang kacau, atau justru menjadi keluarga yang berantakan karena tertekan dikatai tetangga.

Pasien gangguan jiwa mungkin sudah berusaha minum obat sambil menahan diri terhadap efek samping yang bisa menyebabkan kekakuan badan, postur yang tidak tegap, dan gerakan yang lambat. Mereka menahan diri saat obat yang diminum membuat pusing atau sulit berkonsentrasi. Mereka sudah mencoba mencari pekerjaan ke sana-sini, namun gagal karena banyak yang meremehkan. Ada pula yang memiliki gelar tinggi dan tidak terpakai karena dibeda-bedakan oleh banyak orang.

Tidak banyak dari kita yang tahu bagaimana pasien dengan gangguan jiwa dapat ketakutan karena suara-suara yang tidak didengar orang lain atau kemunculan sosok genderuwo di kamar saat orang lain tidak melihatnya. Tidak banyak dari kita tahu bahwa saran setiap orang lewat untuk berobat di paranormal sudah berkali-kali dijalankan tanpa perubahan, sehingga ada juga yang keluarganya justru kehabisan uang sebelum berobat ke dokter.

Gangguan jiwa berat sering kali membuat penderitanya sulit kembali ke sedia kala. Namun bukan berarti dalam kondisi stabil mereka tidak dapat bekerja. Ini bukanlah gangguan yang bisa diatasi dengan sekedar melapangkan dada dan berpura-pura tidak ada masalah. Ini bukan pula gangguan yang bisa dikatakan "asal kuat nanti sembuh sendiri", atau "asal ibadah, otomatis sembuh". Padahal usaha pasien agar dapat stabil masih lebih berat daripada menghapalkan 100 diagnosis.

Mungkin mereka memang bagaikan kiper yang masih sulit menangkap bola. Tapi apakah kita tidak bisa menengok sebentar saat mereka berlatih? Mungkin di balik yang anda lihat, usaha yang dijalankan adalah sepuluh kali usaha anda. Mungkin mereka sudah biasa berlatih sampai pipinya biru terkena bola, dan itu pun tidak menjamin keberhasilan melawan penyakit.

Pasien gangguan jiwa adalah bagian dari kita. Mereka dulunya sama seperti kita, dan mereka masih sama seperti kita, walaupun sedikit unik dalam hal perilaku. Manusia adalah makhluk yang senang mementingkan kelompoknya sendiri. Orang kulit putih cenderung membela kulit putih, wanita membela sesama wanita agar setara laki-laki, buruh cenderung berdemo bersama minta kenaikan gaji, dan orang sesuku cenderung berusaha berkumpul dan saling menolong. Memang tidak ada yang salah dengan itu, tetapi sesekali lihatlah kelompok unik yang berbeda dengan anda.

Mereka memiliki harapan, cita-cita, harga diri, kepribadian, ketakutan, dan semua hal yang membentuk seorang manusia. Setidaknya, jika anda memiliki tetangga atau teman dengan gangguan jiwa, berhentilah sejenak untuk menanyakan kabarnya, dan pikirkan 10 porsi latihan yang dijalankannya agar dapat sehat kembali. Walaupun kita tidak menerima apapun dari mereka, dan mungkin malah mendapat rasa yang pahit, sadarilah bahwa mereka juga berusaha. Mungkin tanpa anda sadari, usaha mereka untuk menyapa balik anda sebenarnya seharga dengan es krim termahal di dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun