Rasan rasan dalam arti jawa sering kali dikonotasikan dengan hal buruk seperti membicarakan orang dibelakang secara negatif. Namun rasan-rasan yang diartikan disini adalah membicarakan ide dan gagasan terkait hal yang positif. Terlebih lagi rasan-rasan dilakukan ketika malam minggu yang syahdu, dimana esok harinya adalah minggu sehingga dapat ber-rasan-rasan sampai dengan pagi. Namun rasan-rasan sekarang dan dahulu berbeda. Terkadang rasan-rasan sekarang tidak seheboh dulu.Â
Kita dapat tengok kebelakang, ketika jaman seperti gadget dan alat komunikasi belum secanggih dulu. Seperti kita mengirim surat melalui kantor pos, kita melakukan komunikasi telfon di wartel, kita mencari seseorang langsung datang kerumah tanpa adanya janjian sebelumnya. Berbeda dengan sekarang, kita mengirim kabar dapat melalui email, wa, telfon, dan sosial media secara pribadi. Kemudian sinyal internet yang sangat bagus berbeda dengan dahulu.Â
Namun komunikasi heboh dan mengasyikkan terkadang terkisis karena kemoderenan semua sosial media ini. Kenapa bisa? mungkin kita bisa cermati ketika kita sedang berdialektika dengan teman atau sahabat membicarakan ide, terkadang teman atau lawan bicara kita tidak antusias dengan kita karena disibukkan dengan gadgetnya entah karena memang sibuk dengan urusan pekerjaan, atau bermain games dan yang lain. Ya memang tidak dapat dipungkiri karena perkembangan jaman dan kebutuhan seseorang masing-masing berbeda.
Berbeda dengan jaman dahulu ketika belum semoderen sekarang, tentunya ketika bertemu dengan teman, sahabat atau seseorang pasti obrolan sangat mengasiyikkan, terjalin jual beli omongan dan saling mendengarkan sampai lupa waktu. Mungkin hal ini menjadi sebuah fenomena sosial diera modern ini.
Sedikit bercerita, ketika saya akan mengurus surat keterangan sehat rohani disalah satu rumah sakit di Yogyakarta, dimana saya sudah selesai mengisi jawaban soal dan yang terakhir adalah wawancara dengan dokter. Saya dipanggil masuk oleh dokter, dan saya menyerahkan syarat-syaratnya.. tidak sengaja saya sedang membalas chat dari teman saya, kemudian dokter tersebut memberikan teguran kepada saya.. pada intinya menegur, ketika akan berbicara dan sedang berbicara dengan orang, harus mendengarkan dan melihat secara seksama tidak boleh meyepelekan.. dan itu yang dinamakan ADAB.
Sontak saya terkejut dan handpone saya masukkan didalam tas, saya meminta maaf kepada dokter. Apa pelajaran yang dapat diambil. Tentunya tidak boleh menyepelekan ketika seseorang sedang berbicara dengan kita dan kita wajib untuk mendengarkan. Walaupun saya tidak bermaksud menyepelekan, namun seseorang atau lawan bicara kita tentunya memiliki persepsi yang berbeda. Oleh karena itu "OLAH ROSO" menjadi hal yang penting disini. Artinya kita harus menghargai seseorang. Pengalaman tersebut menjadi salah satu pelajaran buat saya.Â
Kembali pada topik RAGU: rasan-rasan malam minggu. Mungkin hal ini sebuah hal sepele, namun hal ini menjadi salah satu fenomena sosial dimana komunikasi dan adab dalam berdialog secara tidak langsung mulai terkikis karena kita  tidak dapat menempatkan Gadget dengan baik. Oleh karena itu supaya terjalin rasan-rasan yang baik dan bermakna kita perlu mengembalikan lagi Marwah komunikasi seutuhnya, artinya adab untuk bicara dan mendengarkan perlu dijaga dan bijak dalam menggunakan gadget sesuai dengan tempat dan situasinya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H