Mohon tunggu...
Dr Leila Mona Ganiem
Dr Leila Mona Ganiem Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi dan Konsultan Komunikasi

Doktor Ilmu Komunikasi, Wakil Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. Saya menikmati penjelajahan berbagai isu terkait komunikasi, baik korporat, kesehatan, antarpribadi, dan antarbudaya. Yuk, Belajar Bersama dan Majukan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Seni Komunikasi dalam Menghadapi Kanker

16 September 2023   13:12 Diperbarui: 17 September 2023   09:37 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghadapi diagnosis kanker adalah perjalanan yang memerlukan komunikasi yang bijak. 

Dalam artikel ini, saya akan menjelajahi seni komunikasi dalam hal menginformasikan diagnosis kanker, memberikan semangat kepada pasien, mendukung mereka untuk berbagi pengalaman, peran penting keluarga dalam proses penyembuhan, dan secara sensitif memberikan motivasi kepada mereka yang mungkin terkendala oleh biaya.

Seni Menginformasikan Diagnosis Kanker

Menginformasikan diagnosis kanker adalah salah satu tantangan terbesar dalam profesi medis. Dokter adalah pilar utama dalam proses ini, di mana ilmu pengetahuan dan seni berpadu. 

Terlalu sering, dokter gagal menyampaikan berita buruk dengan baik karena berbagai alasan, seperti kurangnya pelatihan atau ketakutan akan reaksi pasien. Untuk mengatasi ini, konsep SPIKES dikembangkan oleh Baile & Buckman pada tahun 2000.

SPIKES, singkatan dari Setting, Perception, Invitation, Knowledge, Emotions, dan Strategy & Summary, adalah panduan enam langkah yang membantu dokter dalam mengomunikasikan berita buruk dengan lebih efektif. 

Dalam hal ini, apakah berita buruk harus disampaikan langsung kepada pasien atau melalui keluarga, keputusannya tergantung pada kondisi pasien. Pasien yang stabil secara emosional mungkin dapat memilih, sementara masyarakat yang lebih kolektif seperti di Indonesia cenderung melibatkan keluarga dalam proses ini.

Seni Berkomunikasi dengan Sensitif

Komunikasi dengan pasien kanker adalah bentuk seni yang rumit. Ini mencakup unsur isi dan hubungan, baik secara verbal maupun nonverbal. Pilihan kata harus cermat, menggabungkan kejelasan informasi dengan kepekaan terhadap aspek humanis dan budaya.

Dokter perlu memahami tingkat detail informasi yang diinginkan pasien. Memahami kebutuhan dan kemampuan pasien untuk menerima informasi adalah kunci dalam mengkomunikasikan diagnosis. 

Meskipun mungkin frustasi bagi dokter, eufemisme atau penggunaan bahasa yang lebih halus harus dihindari karena dapat menyebabkan ketidakpastian pada pasien.

Kemampuan mendengarkan dengan empati dan berbicara dengan cara yang memungkinkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya adalah hal penting. Dokter harus memperhatikan sikap tubuh, memberikan privasi, dan berbicara dengan nada yang sesuai. 

Lebih dari itu, mereka harus siap untuk merespons pertanyaan, kekhawatiran, atau reaksi emosional pasien dengan bijak.

Seni Memberikan Semangat

Dokter memainkan peran penting dalam memberikan semangat kepada pasien kanker. Ini melibatkan tentang memberikan informasi yang jujur tentang proses pengobatan dan peluang kesembuhan. 

Penjelasan yang baik, pemahaman yang mendalam tentang tindakan yang akan diambil, dan mendukung pasien dalam pengambilan keputusan adalah langkah penting.

Dokter juga harus siap untuk merespons reaksi emosional pasien dan memberikan dukungan dalam menghadapi perjalanan yang berat ini. Dengan sikap mau membantu dan kemampuan untuk memberikan gambaran yang realistis, dokter dapat membantu pasien menjalani perawatan dengan lebih percaya diri.

Seni Berbagi Pengalaman

Pasien kanker yang telah melewati perjalanan yang sulit memiliki pengalaman berharga yang dapat membantu pasien lain. Dokter dapat mendorong pasien untuk berbagi pengalaman mereka, baik dalam menghadapi penyakit ini maupun upaya mereka untuk mengatasi tantangan yang muncul.

Konsep Tanggung Jawab Sosial Individu (PSR) adalah cara untuk menghargai kontribusi pasien dalam mendukung masyarakat luas. Survivor dapat berkontribusi dengan berbagi pemikiran, pengalaman, atau bahkan upaya kreatif yang telah mereka lakukan selama perjalanan mereka. Ini dapat menjadi sumber inspirasi dan harapan bagi sesama pasien kanker.

Seni Dukungan Keluarga

Keluarga adalah pilar utama dukungan sosial bagi pasien kanker. Peran mereka tidak boleh diabaikan. Keluarga harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien, menunjukkan dukungan yang tulus, dan membantu pasien dalam perjalanan penyembuhan mereka.

Menjaga suasana keluarga yang positif adalah kunci. Dukungan emosional dan kenyamanan yang diberikan oleh keluarga membuat pasien merasa lebih berdaya. Keluarga perlu mendengarkan dengan sabar, memahami perasaan dan kebutuhan pasien, dan bersedia membantu dengan tindakan konkret ketika diperlukan.

Seni Memberikan Motivasi

Pasien yang tidak mampu secara finansial sering kali merasa putus asa. Dalam situasi ini, pendekatan yang religius dan motivasi humanis dapat memberikan dorongan. 

Dokter dan keluarga dapat mendekatkan pasien pada keyakinan bahwa semua cobaan adalah bagian dari rencana Tuhan dan berupaya untuk membantu dengan segala cara yang dapat mereka lakukan.

Mengumpulkan dana dari keluarga, teman, atau masyarakat adalah langkah positif untuk membantu pasien yang memerlukan pengobatan. Penting untuk memahami bahwa meminta bantuan adalah tindakan yang berani, dan pasien tidak boleh merasa malu melakukannya.

Dalam menghadapi kanker, seni komunikasi adalah senjata utama dalam memastikan pasien merasa didukung, memiliki harapan, dan tetap kuat. Melalui pendekatan yang bijaksana, dukungan keluarga, dan dorongan yang tak kenal lelah, pasien kanker dapat merasa lebih siap dalam perjuangan mereka melawan penyakit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun