Anak-anak menyebutnya "mbak", mbak dengan sabar membantu anak yang perlu bantuan saat di toilet seperti mengaitkan celana, menaikkan celana dalam atau menggantikan celana jika anak sudah terlanjur BAK di celana.Â
Mbak juga membantu jika anak muntah di toilet. Hal baik lainnya adalah meski ada beberapa urinoir anak atau kamar mandi anak tetap ada batasan jumlah anak dalam toilet.Â
Jadi tidak lagi penuh dan berdesakan di toilet. Setelah itu anak wajib mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkannya.Â
Jika tengah kelas anak ingin BAK, di sekolah ini memberikan toilet card yang digantungkan di leher anak. Toilet card bertuliskan kelas anak dan wajib digunakan ketika mereka keluar kelas menuju toilet.Â
Mereka sudah terbiasa untuk ijin terlebih dahulu kepada guru sebelum ke toilet dan mengambil toilet card di ujung pintu kelas lalu menggantungkannya di leher.Â
Paling banyak 2 anak yang boleh ijin ke toilet sekolah saat pelajaran. Mereka berjalan ke toilet sekolah dan bertemu dengan mbak, maka mbak akan mengetahui anak dari kelas mana yang sedang berada di toilet saat itu. Kembali ke kelas, mereka pun mengembalikan toilet card ke tempatnya.
Hampir tidak ditemukan anak menangis di toilet sekolah, takut untuk BAK dan akhirnya ngompol.Â
Pengalaman yang menyenangkan bagi anak walau toiletnya di ujung belakang dan harus berjalan jauh tapi mereka belajar sedari dini untuk mengantri, bergantian, menjaga kebersihan dan disiplin. Dari taman kanak - kanak mereka sudah terlatih terbiasa dengan hal-hal baik, terbiasa mentaati aturan.
Semoga dari ruang pojok di belakang sekolah ini, kita bisa belajar hal-hal baik sejak usia dini dan akhirnya terbiasa dengan hal -hal baik ketika dewasa dan terjun di masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H