Cerita warga Kota Satelit yang mayoritas mengalami perubahan yang sangat menohok dan nyata. Kota Satelit kota yang aktif dan produktif, tentunya memiliki warga pekerja keras yang dewasa ini didominasi oleh kebutuhan.Â
Kebutuhan akan vitamin D, yaitu "duit" dan C, yaitu "cash", yang mengharuskan warga Kota Satelit berkelahi dengan waktu.Â
Demi sebuah impian yang kerap menganggu tidur, tak sedikit diantara mereka tak sempat nikmati hidup. Mereka bak dipaksa pecahkan karang, lemas jari terkepal.Â
Warga Kota Satelit yang wajahnya remaja, moodnya balita dan pinggangnya lansia, mereka memasuki level remaja jompo.Â
Mereka harus bangun pagi-pagi buta bersiap untuk ke kantor dengan waktu tempuh rumah ke kantor 2 jam dengan kendaraan umum, artinya pulang pergi mereka harus menghabiskan waktu 4 jam dari 24 jam di perjalanan.Â
Tiba di rumah mandinya saja saat lewat maghrib, ditambah pekerjaan lainnya dan tanggungjawab lainnya setiba di rumah hingga tidur larut malam.
Tak jarang mereka sendiri bingung akan kondisi yang sedang mereka alami. Mereka merasa sebelumnya badan terasa kuat seperti tiang cor-coran, jarang sakit. Tapi belakangan ini mereka merasa badannya seperti kerupuk yang tersiram air.Â
Gejala
Keluhan yang paling sering dari cerita warga Kota Setelit diantaranya adalah sering mengeluh badan sakit, sebentar-bentar rasanya badan sakit, sering pusing atau puyeng, sakit kepala, andai dihitung sepertinya dua hari sekali sakit.Â
Ukuran paling sehat adalah sakit satu hari dalam satu bulan. Ingin bernyanyi dengan lirik "jadi aku sekali saja, mungkin kau bisa tahu rasanya.."
Kerja di kantor terkena AC sedikit rasanya meriang, duduk sebentar rasanya mengantuk, makan pedas sedikit perut mulas, kehujanan sedikit langsung pilek, kerja bertambah sedikit, pinggang rasanya sakit.Â
Apalagi saat ini dan beberapa bulan ke depan musim hujan, berangkat dan pulang kerja kemungkinan akan kehujanan. Terasa jompo sekali padahal usia masih muda dan jelas perbedaannya dibanding sebelumnya.
Mengobati kejenuhan dengan kumpul-kumpul atau keluar rumah sekedar mencari angin, malah masuk angin. Niatnya olah raga ringan untuk melepas penat yang didapat badan jadi kretek-kretek. Ini sebagian dari cerita warga Kota Satelit, ditambah keluhan mental yang marak belakangan ini.
Rasanya sebagai warga Kota Satelit sakitnya dari segala sisi. Beberapa keluhan mental diantaranya pemikiran berlebihan (overthinking), tidak percaya diri (insecure) dan bumbu pelengkap duniawi lainnya. Stress sedikit asam lambung langsung naik, muncul keluhan masalah lambung.Â
Selain pusing, sakit pinggang, letih, lelah, sering menguap, mudah lupa, beberapa diantaranya menjawab pertanyaan dengan "hah?!", seakan " gak nyambung" atau disebut LoLa (Loading Lama).
Semua keluhan diatas mari kita lihat secara medis, penurunan sistem imun atau daya tahan tubuh menurun adalah penyebab utama semua keluhan diatas.Â
Menurut ncbi.nlm.gov, dalam jurnal berjudul  Chronic Fatigue Syndrome menjelaskan bahwa sindrom kelelahan kronik semakin meningkat di seluruh dunia. Hal ini sering kali timbul setelah gangguan kesehatan mental.
Belum ada diagnosa pasti untuk sindrom ini, terapinya hanya mengobati keluhannya saja. Namun hipotesisnya dapat digolongkan sebagai gangguan sistem imun dan stres.Â
Menurut CDC (Center of Disease Control), gejalanya harus di evaluasi, menetap atau berulang dalam 6 bulan dan memiliki 4 dari 8 gejala yaitu gangguan konsentrasi dan ingatan jangka pendek, sakit tenggorokan/ nyeri menelan, nyeri otot, pembesaran kelenjar limfe, beberapa sendi bengkak, merah atau nyeri, sakit kepala dengan berbagai klasifikasi, gangguan tidur (sebelum, saat dan setelah tidur), rasa malas lemas selama 24 jam.Â
Mereka dengan keluhan diatas, setidaknya terdapat satu dari dua gejala tambahan yaitu penurunan fungsi kognitif dan intoleransi orthostatik.
Terkait dengan hormon kortisol, stress dan kelelahan menyebabkan peningkatan hormon kortisol. Peningkatan hormon kortisol juga diikuti dengan peningkatan berat badan.Â
Stress rasanya ingin makan dan akhirnya lemak menumpuk di perut, ini merupakan salah satu penyerta peningkatan kortisol yang menyebabkan kenaikan berat badan dan timbulnya jerawat.
Penatalaksanaan
Minyak angin, minyak telon, balsam dan teman-temannya menjadikan hidup lebih berwarna dan mengobati segala rasa yang ada. Meski demikian, yang perlu diperhatikan adalah memastikan kebutuhan air putih tercukupi dan menambah konsumsi vitamin.Â
Tidak harus mengkonsumsi obat sesuai keluhan apalagi antibiotik, karena tubuh kita sedang mengalami penurunan sistem imun.
Keluhan mental dapat disikapi dengan lebih tenang walau rasanya ingin menendang. Jika ibu pekerja yang sudah melahirkan pastinya lebih lelah karena masa kehamilan, melahirkan ditambah kondisi fase kehidupan yang harus dijalani, beban pekerjaan kantor dan tanggung jawab sebagai ibu.Â
Terkadang hal ini membuat lebih cepat menua. Tapi jangan khawatir, seorang ibu meski terlihat kurang menarik tapi ibu tetap jadi yang terbaik di mata anak-anaknya.
Harapannya dengan lelah bekerja yang masuk adalah bukti transfer bank, gaji bulanan, tapi sayangnya yang masuk angin. Dari semua hal ini, pelajaran yang dapat kita petik adalah ketika kita belum dalam fase tanggungjawab seperti ini, kita bisa bermalas-malasan walau baru sedikit demam.Â
Tapi sekarang walau demam tinggi, kita mensugesti diri bahwa ini bukan demam, berusaha untuk baik-baik saja. Ya, hal ini pun dilakukan oleh orang tua kita dulunya untuk berjuang hidup.
Kita juga dalam memperbaiki gaya hidup mulai dari makanan sehat dan mencukupi kebutuhan air putih dan mengkonsumsi vitamin, tidur yang cukup, hindari alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang dan seimbangkan dengan olahraga. Penurunan hormon kortisol akan membuat tubuh menjadi lebih baik.
Pilihan alternatif  seperti saya yang meninggalkan kehidupan yang lama dan bertransformasi. Saya 90 % di rumah, bekerja dan beraktivitas di rumah. Begitu juga dengan anak - anak dan suami saya.Â
Anak-anak saya usia SD kelas 1 dan 4 sudah homeschooling belajar dari rumah. Lelahnya tidak selelah ketika beraktivitas di luar rumah, bangun tidur, kerja di rumah, mengerjakan kerjaan rumah tanpa ART, belajar bersama anak-anak, hubungan dengan keluarga inti lebih kuat, tingkat stress jauh berkurang, masih bisa berkebun dan aktif menulis di kompasiana dan akhirnya ketiduran. Â 10% kegiatan kami di luar rumah seperti berbelanja dan berlibur.
 Bagaimana menarik bukan? Mungkin Kompasianer terinspirasi dengan alternatif seperti kehidupan saya sekarang.Â
Tetap semangat, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H