Cerita kali ini tentang perjalanan darat dengan kendaraan pribadi. Wisata religi mengunjungi klenteng atau tempat ibadah umat Konghucu bermula dari Jakarta hingga Surabaya. Selain berwisata, kita juga dapat mendalami kebudayaan, keberagaman dan memperkuat iman. Tentunya butuh stamina yang tinggi agar tubuh mampu menyelesaikan misi perjalanan ini. Siapkan kendaraan dengan keperluan tempur dan pastinya membawa uang yang cukup.
Perjalanan dari Jakarta ke Surabaya melalui jalur darat akan ditempuh sepanjang 780km dalam waktu 10-12 jam tanpa berkunjung dan hanya beristirahat 1 jam. Berbeda dengan cerita kali ini, perjalanan akan memakan waktu yang lebih lama. Jika semua sudah siap dan dipastikan dalam stamina yang kuat, segera kita mulai perjalanan.
Untuk memulai perjalanan dan menghindari kemacetan di dalam kota Jakarta, mari kita mulai dengan mengunjungi Klenteng Amurva Bhumi di Jl. Prof. DR. Satrio, Karet, Semanggi, Jakarta Selatan. Tiba di klenteng sebaiknya sore hari sekitar jam 18.00, durasi kunjungan 1 jam. Tipsnya kita dapat melanjutkan perjalanan ke luar Jakarta setelah jam pulang kantor dan menghindari jika ada perbaikan jalan tol yang biasa dilakukan diatas jam 21.00.
Klenteng dengan altar utama Dewa Bumi atau Kongco Hok Tek Teng Sin ini terletak diantara gedung-gedung bertingkat, jalan masuk ke klenteng cukup sempit dan panjang. Klenteng ini cukup unik dan menarik karena kita dapat melihat pemandangan gedung bertingkat yang menjepitnya.
Lanjutkan perjalanan ke tol TransJawa, jika tidak macet perjalanan akan ditempuh dalam waktu 6-7 jam dengan tujuan Semarang. Kita dapat beristirahat di rest area yang tersedia. Pilihlah rest area yang besar dengan banyak mobil pribadi. Kita dapat mengistirahatkan kendaraan dan juga meregangkan otot atau keperluan ke toilet.
Berikut adalah ruas tol yang akan kita lalui tujuan Semarang, ruas tol Palimanan - Kanci, ruas tol Kanci - Pejagan, ruas tol Pejagan -Pemalang, ruas tol Pemalang- Batang, ruas tol Batang - Semarang, ruas tol Semarang hingga ruas tol Semarang- Solo.Â
Setiba di kota Semarang saat subuh, kita dapat istirahat kembali sambil menikmati indahnya matahari terbit. Beberapa pilihan untuk wisata kuliner sarapan pagi nasi ayam Bu Pini, Kedai Beringin atau Nasi Ayam Bu Nyoto harganya cukup merakyat dan rasanya legendaris. Teman- teman Kompasianer yang punya rekomendasi tempat sarapan di Semarang bisa menambahkan di kolom komentar. Setelah badan dan kendaraan kembali bersemangat kita dapat lanjutkan perjalanan ke jalan Pandanaran untuk membeli oleh-oleh khas Semarang, seperti bandeng asap, kue mochi, wingko babat dan lainnya.Â
Di sepanjang  jalan Pandanaran kita dapat menemukan sederet toko oleh-oleh yang menjual makanan khas Semarang. Tak kalah menarik di trotoar jalan Pandanaran penjual lumpia semarang. Sayuran dan daging ayam suwir dan wangi ebi yang di tumis menjadi isian dari lumpia goreng khas semarang ini. Lumpia ini biasanya dikemas dalam besek bambu dengan pelengkap saus tauco atau cabe rawit hijau dan daun bawang kecil.
Setelahnya lanjut kita menuju klenteng Sam Poo Kong, tak sulit mencapainya karena banyak petunjuk langsung mengarahkan. Setibanya, kita langsung memasuki area parkir yang sangat luas, sayangnya tempat ibadah ini beralih fungsi menjadi tempat wisata komersial yang mewajibkan umat yang ingin beribadah maupun wisata untuk membeli tiket masuk bahkan perlengkapan ibadah yang wajib dari mereka.
Klenteng yang terkait dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho di pelabuhan tanjung emas Semarang, memiliki altar utama Kong Co Sam Po Thay Djin dengan bangunan modern berkaca dan ber-AC cukup mewah denga relief yang menggambarkan perjalanan Laksamana Cheng Ho. Terdapat beberapa altar seperti Kiai Jangkar dan pohon tua besar di tengah bangunan altar juga makam keramat. Klenteng dengan donatur terbesar Gedung batu ini memiliki area wisata dengan bangunan khas China.
Karena hari belum terlalu siang, kita lanjutkan perjalanan ke Jepara menuju klenteng Welahan.  Kenteng welehan terdapat di daerah welahan, jl. pasar gang pinggir no. 4. Perjalananya cukup ke arah daerah yang dalam dan melalui jalan kecil memakan waktu 1.5 jam. Klenteng Welahan dengan altar utama Kong co Hian Thien Sang Tee ini cukup  khas dengan bangunan berbentuk hulu besar sebagai tempat pembakaran kertas sembahyang. Lingkungannya cukup asri dan sejuk karena letaknya memang agak jauh dari perkotaan. Kita masih dapat menemukan pekerja pabrik dengan jumlah cukup banyak yang berangkat kerja menggunakan sepeda ontel bersama-sama dengan senang hati. Klenteng ini merupakan kelenteng tertua di Indonesia. Klenteng juga menyediakan kamar atau tempat untuk menginap umat yang ingin bermalam. Karena hari sudah siang, maka saatnya makan siang, beberapa kuliner khas seperti rengkot buyut restoran atau Maribu resto.Â
Kita lanjutkan perjalanan ke Kudus menempuh waktu 30-60 menit, klenteng  Hok Hien Bio jl. A. Yani no.10. Klenteng dengan altar utama Kongco Hok Tek Ceng Sing. Klenteng ini cukup sederhana dengan bangunan kontemporer khas kelenteng yang tidak megah.Â
Setelahnya hari sudah sore, kita segera lanjutkan perjalanan ke Jogjakarta melalui tol Semarang -Solo. Perjalanan cukup jauh memakan  waktu 4 jam. Setiba di Jogja kita beristirahat di penginapan karena hari sudah malam. Keesokannya kita melanjutkan perjalanan kembali menuju klenteng Poncowinatan di belakang pasar Kranggan jl. Poncowinatan. Klenteng dengan bangunan khas dan belum dimodernisasi ini dengan altar utama Kongco Kwan Tee Kiong. Selain beribadah kita juga dapat menikmati wisata alami pasar Kranggan yang sederhana.
Karena masih tersisa waktu yang cukup, kita dapat berkeliling kota Jojakarta. Berkeliling ke pasar Bringharjo pusat batik di Jogja, menuju kaliurang yang sejuk  dan berkunjung ke museum pribadi Ullen sentalu. Jangan lupa untuk membeli makanan khas Jogja bakpia pathok sebelum melanjutkan perjalanan memasuki ruas tol.
Kita akan melanjutkan perjalanan menuju Surabaya melalui ruas tol Solo-Ngawi, ruas tol Ngawi- Kertosono, Ruas tol Kertosono - Mojokerto dan terakhir ruas tol Mojokerto- Suarabaya, memakan waktu 4-5 jam. Setiba di Surabaya kita menuju penginapan dan wisata kuliner khas Surabaya. Makanan khas Surabaya seperti soto ayam, soto daging dan rawon dapat kita temui di warung tenda pinggir jalan. Untuk kelas yang cukup meroggoh kocek bisa mengunjungi Depot Bu Rudi. Makanan khas Surabaya lainnya yaitu rujak cingur dan tahu campur.
Setelah beristirahat esok harinya kita menuju klenteng Kenjeran yang terdapat di tepi pantai Kenjeran Surabaya atau Sanggar Agung. Klenteng dengan altar utama Dewi Kwan Im ini memiliki patung Dewi Kwan Im setinggi 20 meter di tepi pantai. Â Dalam komplek ini kita dapat menjumpai pagoda Tian Ti dan rupang She Mien Fo dan beberapa bangunan khas Buddha Thailand di sekitarnya.
Selanjutnya kita akan melanjutkan perjalanan menuju klenteng Mbah Ratu di jalan Demak, Surabaya. Konon cerita Mbah Ratu terkait dengan Laksamana Cheng Ho yang kapalnya hancur di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Klenteng ini terkenal dengan sebutan klenteng demak, dengan altar utama  Kongco Sam Po Thay Djin.
Selanjutnya kita akan menuju kota Sidoarjo yang ditempuh 1 jam dari Surabaya. Klenteng Tjong Hok Kiong di jl. Hang Tuah No. 32 dengan altar utama Makco atau Dewi Samudera atau Thian Siang Seng Bo. Klenteng yang dulu kerap banjir karena depannya adalah sungai kini sudah modernisasi dengan beberapa peninggalan khas, seperti patung orang tua yang sedang memancing, putri yang berdiri membawa kipas dan bangunan khas ruang untuk pertunjukan wayang potehi. Wayang Potehi adalah pertunjukan seni boneka menyerupai wayang golek dengan dalang yang menyuarakan cerita dan lakon masing-masing tokoh. Cerita paling tua adalah Si Jin Kui.
Perjalanan wisata religi ini kita tutup dengan makan malam makanan khas Sidoarjo yaitu kupang lontong, Kupang adalah hewan laut menyerupai kerang yang direbus dimasak menyerupai sup disajikan dengan potongan lontong. Kupang dpat menyebabkan alergi hingga efek samping seperti pusing dan mual, maka minuman penawar yang disajikan adalah air kelapa muda untuk menetralisir efek dari kupang ini. Jangan lupa untuk membeli oleh-oleh khas Sidoarjo kerupuk dan petis udang. Kita kembali ke penginapan untuk beristirahat dan esok kita akan kembali ke Jakarta.
Perjalanan religi ini dapat menjadi referensi untuk mengisi liburan yang nampaknya cukup bermanfaat. Â Selamat berlibur dan selamat menikmati perjalanan teman-teman Kompasianer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H