Mohon tunggu...
dr HelgaYolanda
dr HelgaYolanda Mohon Tunggu... Dokter - Medical Doctor

Follow, Komen dan Like ya.. Aktivis pendidikan anak| Mompreneur, Owner Brand Skincare|Batik enterpreneur| Founder a Preschool and Kindergarten| Certified Counselling Child and Adolescents| Certified Early Childhood and Care Education| Certified Hypnosis and Hypnotherapist| Certified Professional Fengshui Master| Certified Tarot Card Reading Masterclass

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jadi Peneliti Tak Terbatas Usia

5 Desember 2024   22:23 Diperbarui: 8 Desember 2024   16:06 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dIlustrasi Gambar: Jadi Peneliti Tak Terbatas Usia. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk

Katanya bangsa kita ini " we don't listen, we judge", ironis sekali kalimat ini bertentangan dengan anugerah Tuhan dua telinga untuk mendengar. 

Namun begitulah keadaan saat ini, menunjuk kesalahan orang lain kebih mudah daripada merefleksikan diri. Tapi sedikit berbeda dengan kaum cendikia yang banyak belajar, lebih banyak mendengar, terbitlah " we listen, we don't judge", sebagai orang pintar harus mendengar, belajar, memahami, menganalisa dan menilai. 

Seperti halnya peneliti, dalam menyelesaikan sebuah masalah dan mencari sebab atau hal yang tidak diketahui harus dianalisa dan diteliti dengan baik dan butuh waktu yang tidak sebentar. 

Ketika masih di perkuliahan, fakultas kedokteran memiliki mata kuliah dengan 2 sks khusus tentang penelitian, metodologi penelitian pada semsester 1. 

Ilmu metodotologi penelitian (metpen) ini bukan ilmu ecek-ecek tidak dipakai nantinya, ternyata di beberapa mata kuliah seperti ilmu kesehatan masyarakat sangat bermanfaat.

Penelitian

Penelitian artinya mencari sesuatu yang kita tidak ketahui atau kita ingin buktikan dengan mengumpulkan data-data dengan jumlah yang tidak sedikit bisa ratusan sampai ribuan dengan sistem SPSS. 

Statistical and Product Service Solution ini adalah aplikasi mengola data. Data-data yang sudah kita kumpulkan lalu kita masukkan satu per satu untuk menilai keluaran berapa persen atau berap banyak perbandingannya.

Dengan hasil keluaran ini kita dapat menilai apakah bahan yang kita uji sesuai dengan harapan. Pada waktu masih bekerja di puskesmas, dokter melakukan penelitian dengan data yang sesuai. 

Pada penelitian hubungan antara musim hujan dan perkembang biakan jentik nyamuk. Penilitian dengan judul ini memakan waktu kurang lebih 3 bulan dengan jumlah 100 responden di sebuah desa. 

Mulai dengan mengecek kamar mandi setiap rumah, mendata kemungkinan yang terjadi, seperti banyaknya barang bekas, mencuci bak kamar mandi, menutup bak kamar mandi, penggunaan obat nyamuk atau banyaknya nyamuk dalam satu rumah. Semua dicatat dan ditanyakan kepada sumber data yang lain. Hal ini termasuk dalam observasi dan wawancara.

dIlustrasi Gambar: Jadi Peneliti Tak Terbatas Usia. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk
dIlustrasi Gambar: Jadi Peneliti Tak Terbatas Usia. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk

Teman-teman kompasianer, dalam tahap observasi dan wawancara ini sangat tidak mudah, terlebih dengan penduduk desa. Pertama, dokter lakukan pendekatan dengan penduduk desa, mengundang ibu-ibu untuk diberi penjelasan bahwa dokter akan berkunjung ke rumah mereka dan jelaskan tujuannya. 

Terkadang mereka enggan terbuka karena malu dan kurang paham. Supaya ibu-ibu betah mendengar pemaparan dokter, dokter juga siapkan makanan untuk dibawa pulang dan juga undian untuk ibu-ibu yang dapat mengikuti acara sampai dengan selesai, ada juga hadiah untuk mereka yang mendukung program penelitian dokter sampai selesai. 

Pada waktu itu dokter memberikan hadiah keranjang plastik, sederhana tapi mereka sudah sangat senang dan bersyukur. Hadiah undiannya berupa beras 5kg.

Setelah semua data terkumpul lalu pengolahan data dengan SPSS. Setelah hasil SPSS keluar barulah kita dapat menarik kesimpulan dan memvalidasi hubungan terkait musim hujan dan perkembangan jentik nyamuk. 

Tidak selesai sampai disini, dokter harus mengetik sekitar 200an halaman untuk dijadikan laporan penelitian. Wow, banyak ya?! Diketik dan dicetak laporan penelitiannya, pada waktu itu belum tersedia chat GPT atau AI. Laporkan juga mulai dari perumusan masalah, pendekatan metodologi, observasi dan wawancara. 

Hasil percakapan wawancara dengan sumber data juga diketik, lalu analisa berikut hasil cetak perhitungan SPSS, laporan catatan saat mengunjungi sumber data dan terakhir kesimpulan. Sudah sampai bab kesimpulan sudah paling bahagia rasanya seperti di surga.

Sudah jadi satu gepok laporan penelitian dokter juga harus mempresentasikan di depan pemimpin, jika berhasil disetujui maka di buatlah dalam bentuk jurnal dan siap diterbitkan. 

Oleh karena itu jika ingin mencari sebuah informasi yang valid baiknya diambil dari jurnal karena sudah dibuktikan dengan penelitian yang panjang. 

Jadi Peneliti

Menyenangkan menjadi peneliti, kita dapat terjun ke lapangan berkunjung dan bertemu dengan orang-orang yang mungkin selama ini jarang bertemu dengan kita. Dari kerendahan hati mereka yang mau menjadi sumber data demi keberhasilan penelitian kita, kita belajar untuk mendengar " we listen, we don't judge".

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian ini sudah banyak dikembangkan dan diterapkan pada anak-anak. Dengan penelitian anak belajar memecahkan sebuah masalah dan berpikir kritis.

Hal ini sangat baik karena melatih kemampuan 4C pada anak, yaitu Critical Thinking, Creative, Cognitive dan Communicative. Maka dari itu anak sekolah dasar mulai mempelajari hal ini, membuat penelitian, mempraktekan dan mempresentasikan.

Ilustrasi Gambar : Jadi Peneliti di Sekolah. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk
Ilustrasi Gambar : Jadi Peneliti di Sekolah. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk

Beberapa program pada pendidikan sekolah dasar , seperti STEAM (Science, Technology, Engineer, Art dan Mathematics) mulai dari eksperimen kecil tentang gaya atau energi. Anak mulai tertarik dengan berbagai eksperimen, mulai mengungkap mengapa dan bagaimana suatu hal terjadi. 

Contoh lain ekperimen terbentuknya volcano, letusan gunung berapi yang dipraktikkan dengan campuran cuka dan soda kue akan terbentuk buih yang menjulang menyerupai lava gunung berapi. 

Penggunaan dinamo dengan kita putar roda atau penggerak, lalju hubungkan dinamo dengan bohlam lampu, ketika penggerak diputar secara teratur maka lampu akan menyala. Membuktikan bahwa terjadi perubahan  energi gerak menjadi energi listrik.

Ilustrasi Gambar : Anak Senang Jadi Peneliti. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk
Ilustrasi Gambar : Anak Senang Jadi Peneliti. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk

Anak-anak usia sekolah dasar belajar menjadi scientist cilik, mereka pasti sangat senang dan bersemangat melakukan penelitian-penelitian kecil seperti ini. 

Tentunya ketika mereka di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka sudah terbiasa jadi peneliti. Saat musim liburan seperti ini banyak kelas liburan untuk mengisi waktu liburan anak dengan  jadi peneliti.  

Jadi Peneliti Tak Terbatas Usia

Eits, tidak hanya pelajar atau ilmuwan saja yang bisa jadi peneliti loh teman-teman Kompasianer, teman-teman kompasianer juga bisa jadi peneliti di rumah tak terbatas usia.Misalnya potongan daun bawang atau potongan akar kangkung jangan dibuang teman-teman. 

Cuci bersih sisa-sisa tanah dari akar dengan air mengalir lalu rendam akar ke dalam air bersih, ganti air setiap hari dan letakkan di bawah sinar matahari. 

Coba perhatikan beberapa hari kemudian akan muncul tunas baru. Percobaan seperti ini bisa juga pada bawang merah dan bawang putih, semua ada di dapur dan murah meriah.

Ilustrasi Gambar : Meneliti Tanaman dalam Air. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk
Ilustrasi Gambar : Meneliti Tanaman dalam Air. Sumber Gambar : adobe.stock.com/dk

Apakah teman-teman punya akuarium di rumah?  Letakkan tanaman di dalam akuarium tanpa tanah, tanaman tersebut akan tumbuh subur hanya dengan air akuarium, ikan menjadi sehat dan akuarium tidak cepat kotor. dengan demikian teman-teman Kompasianer jadi peneliti deh, selamat mencoba! Semoga bermanfaat teman-teman Kompasianer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun