Mohon tunggu...
dr HelgaYolanda
dr HelgaYolanda Mohon Tunggu... Dokter - Medical Doctor

Follow, Komen dan Like ya.. Aktivis pendidikan anak| Mompreneur, Owner Brand Skincare|Batik enterpreneur| Founder a Preschool and Kindergarten| Certified Counselling Child and Adolescents| Certified Early Childhood and Care Education| Certified Hypnosis and Hypnotherapist| Certified Professional Fengshui Master| Certified Tarot Card Reading Masterclass

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Nonformal Anak Usia Dini

18 November 2024   06:00 Diperbarui: 18 November 2024   07:48 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan dengan Guru

Dengan berat hati dan sungguh disayangkan 2 dari 3 sekolah dasar tidak memahami perasaan anak dan lebih mementikan teoritis "harus berteman dengan siapa saja, tidak boleh pilih kasih" tanpa memberi waktu anak untuk berpikir dengan tenang. Anak bisa berpikir dan bisa bertanya dan anak sedang dalam proses pembelajaran. Sikap otoriter sekolah maupun orang tua tidak akan membuat anak terus menerus patuh dan akan berdampak negatif saat anak berusia diatas 13 tahun. Ala bisa karena biasa, terbiasa mengajarkan dan berbicara kadang guru dan orang tua tidak terbiasa diajari dan mendengarkan. Maka dari itu banyak sekali di sosial media ilmu parenting yang dibagikan untuk membangtu anak -- anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik.

Anak-anak tumbuh dan berkembang dari sekolah, pagi sekali mereka sudah berada di sekolah dan tiba di rumah sore hari, masih lanjut dengan aneka les hingga malam hari. Malam haripun sudah sangat lelah. Anak-anak butuh kenyamanan, siklus hidup harian anak yang easy-going, tenang, lingkungan yang baik, supaya anak bisa menerima dan menghadapi perubahan yang mungkin terjadi mendadak.

Anak yang memiliki sosok orang dewasa yang baik disekitarnya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Kemandirian seorang anak yang digadang-gadang membuat anak tumbuh dan berkembang dengan sendirinya tanpa arahan yang positif dari orang dewasa sekitarnya. Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kemarahan, tidak akan memiliki pengalaman hidup yang positif. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumah untuk bersama menciptakan generasi yang baik di masa mendatang.

Perhatian

Orang tua hadir di rumah, bertemu dengan anak, sebagian dari mereka hanya dirasakan kehadiran fisiknya saja. Kasih dan pesannya tidak sampai ke hati anak. Apalagi orang tua yang kehadirannya tidak penuh. Orang tua sibuk dengan pekerjaannya, tidak memiliki waktu mendengarkan atau bersama anak, anak butuh merasakan kehadiran, keberadaan orang tuanya atau gurunya. Sosok orang dewasa yang mampu mengirim pesan kasih sampai di hati anak secara konsisten akan merasakan perkembangan anak yang luar biasa positif.

Bagi sebagian anak, akan mencari perhatian ini dengan menangis, membuat "drama", mengeluh perutnya sakit, berbuat nakal dan sebagainya. Sebenarnya ini adalah "reward" yang mereka berikan sebagi bentuk protes kepada guru atau orang tuanya. Lama kelamaan hal ini akan menjadi kebiasaan tanpa disadari.

Belajar

Banyaknya hal-hal di sekolah yang dapat menyebabkan anak mengalami kecemasan. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang ramah bagi anak. Anak dapat belajar trial and error, belajar percaya diri, belajar eksplorasi atau percobaan. Tidak semua anak melalui proses yang sama, ada yang ingin belajar tapi limgkungannya bermain atau sebaliknya. Kasus perundungan yang merebak baik ucapan maupun tindakan dan tidak mendapatkan penyelesaian dengan baik.

Persaingan dalam meraih sesuatu adalah hal baik untuk memacu anak. Namun dalam praktiknya persaingan di sekolah saat ini penuh dengan trik dan intrik. Anak-anak dan orangtua tidak dapat menghindari rasa sakit dalam persaingan dunia pendidikan. Contoh yang tampil, yang juara, yang menang dan lain-lain anaknya selalu sama.

Pendidikan formal ibarat ikan besar meninggalkan kolam besar. Lebih baik menjadi ikan kecil di kolam besar, dimana anak bukan hanya saja jago kandang, tapi anak dapat terus mengasah kemampuannya dan menemukan tempat yang aman dan nyaman dalam menempuh pendidikan. Karena pendidikan yang tinggi dan baik akan menentukan kualitas manusia. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun