Mohon tunggu...
dr HelgaYolanda
dr HelgaYolanda Mohon Tunggu... Dokter - Medical Doctor

Follow, Komen dan Like ya.. Aktivis pendidikan anak| Mompreneur, Owner Brand Skincare|Batik enterpreneur| Founder a Preschool and Kindergarten| Certified Counselling Child and Adolescents| Certified Early Childhood and Care Education| Certified Hypnosis and Hypnotherapist| Certified Professional Fengshui Master| Certified Tarot Card Reading Masterclass

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Nonformal Anak Usia Dini

18 November 2024   06:00 Diperbarui: 18 November 2024   07:48 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Anak mengikuti pendidikan nonformal. Sumber Gambar: smartparents.sg

Aku belum bisa mengungkapkan secara jelas dan terbuka apa yang aku rasa. Tapi aku diharuskan menghadapi beranekaragam lika-liku kehidupan. Masa depan bangsa ada pada genggamanku. Peranku nampak ringan dan mudah bagi orang dewasa, tapi bagiku sangat sulit dan harus banyak belajar. Kadang bingung harus bagaimana dan memilih yang mana, kadang serba salah dalam ketidaktahuanku. Aku berjalan paling depan dengan membawa sebatang lilin menyala di tengah lorong gelap. Adakah yang mengerti apa yang ada di hati dan pikiranku saat itu?

Seperti itu perasaan yang dirasakan seorang anak dengan statusnya sebagai anak dan siswa sekolah dasar, menurut dr. Helga Yolanda penggagas sebuah Preschool. Keluarga adalah pondasi paling awal dan utama untu seorang merasa aman dan nyaman. Pelajaran pertama yang didapat anak berasal dari keluarga dan guru pertama mereka adalah keluarga. Obat terbaik bagi anak untuk mengobati kecemasannya dalam menghadapi kehidupan adalah kasih sayang tulus orang tua dan keluarganya.

Kehidupan Sekolah

Sekolah adalah tempat terpenting dalam kehidupan anak. 8 dari 24 jam anak-anak berada di sekolah, 8 dari 24 jam berikutnya mereka di rumah, sisanya waktu tidur mereka. Sekolah mempunyai peranan yang cukup penting untuk masa depan anak, kehidupan sosial, akademik dan lainnya. Bagi anak datang ke sekolah adalah tantangan, bagaimana menghadapi lingkungan sekolah dan permasalahannya? Tingkat kecemasan belajar di sekolah lebih tinggi daripada mereka harus belajar di rumah. Anak sudah terbiasa dan percaya diri di lingkungan rumah. Di sekolah terkadang mereka harus mencari jati diri dengan siapa mereka berteman.

Menurut dr. Helga Yolanda, konselor anak dan remaja, semua bentuk perubahan yang di alami anak saat pergi ke sekolah mayoritas penuh tekanan. Contoh, anak harus menyiapkan atau mengambil keperluannya sendiri di sekolah walau di rumahnya mereka di bantu oleh asisten rumah tangga. Meninggalkan rumah dan harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah, bentuk pembelajaran di sekolah, persaingan dan perbandingan diri mereka dengan siswa yang lain, waktu belajar dari pagi sampai sore hari dan memiliki guru yang mungkin caranya berbeda dengan orangtua mereka di rumah.

Bagi siswa sekolah dasar hal ini merupakan tantangan, walau mereka belum bisa mengutarakan dengan jelas. Siswa sekolah dasar seperti ini butuh waktu beradaptasi tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu menjadi perhatian dan dipahami oleh guru dan orang tua untuk lebih sabar, memberikan mereka dukungan dan semangat. Yang paling penting adalah mengerti apa yang mereka rasa, maka tindakan lain apa yang diperlukan akan mengikuti dengan sendirinya.

Perundungan

Orang tua sering kali khawatir tentang perundungan ini, terkadang bentuk perundungan ini dinormalisasi, sering terjadi pada anak-anak dan dianggap biasa selama tidak menyentuk fisik. Perlu dipahami bahwa bagi anak-anak yang berbeda usia memiliki pemahaman perundungan yang berbeda. Bagi anak tertentu ucapannya biasa saja tapi bagi anak lain ucapannya tidak terpuji. Sayangnya hal ini sering terjadi di usia sekolah dasar, padahal sekolah dasar adalah area terpenting untuk membentuk karakter sebelum ke jenjang pendidikan menengah.

Anak usia sekolah dasar sangat besar kemungkinannya diarahkan dan dibentuk karakter yang bai dibanding usia sekolah menengah. Peran orang tua dan guru sangat penting untuk menanamkan rasa nyaman dan arti sekolah yang baik. Menurut edukator anak usia dini ini, bagi anak usia sekolah dasar tidak mudah untuk berteman dengan yang lain. Sangat beralasan, bagi anak, mereka melihat adanya perbedaan antara dirinya dan temannya, dari perbedaan fisik, karakter dan kegemaran.

Ajarkan anak untuk memahami, "membuka pintu" untuk temannya sendiri, supaya anak bisa berpikir bahwa bersama dalam perbedaan itu indah. Menerima sebuah perbedaan di tempat yang berbeda itu butuh proses dan waktu. Sebaiknya, tidak memaksakan anak secara langsung di waktu yang bersamaan untuk menerima secara cepat perbedaan yang ada. Kita yang dewasa saja tidak mudah menerima perbedaan, ungkap ibu tiga orang anak sekolah dasar ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun