Karakter atau watak yang ada dalam diri manusia sulit untuk diubah. Apa yang mereka rasa benar ya sudah benar menurutnya tanpa mempertimbangkan parkir sembarangan, tidak masalah untuk dirinya, mempermudah aksesnya meskipun menganggu akses keluar masuk pemilik rumah atau pengguna jalan lain.Â
Belum lagi kaum hawa yang parkir sembarangan, makin ditegur makin drama. bukan lagi meminta maaf menyadari kesalahannya, galakkan yang salah, kata orang-orang.Â
Ditambah dengan posisi, jabatan, harta yang dimilik kaum hawa ini, rasanya watak itu tidak ada obatnya, watuk bisa disembuhkan dengan obat batuk.
Aturan perundangan parkir sembarang berlaku di jalan raya, sedangkan di kompleks atau perumahan berlaku aturan kelompok. Mari kita hubungkan aturan atau norma tidak tertulis dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan bersama.Â
Parkir sembarangan dalam komplek sesuai kesepakatan bersama, misal tidak parkir di depan pintu pagar rumah orang lain. Pahami dengan baik kalimat tersebut, artinya ada ataupu tidak mobil atau pemilik rumah tetap tidak boleh parkir di depan pintu pagar orang lain. Tidak boleh parkir di pertigaan atau tikungan atau bahu jalan di dalam kompleks karena membahayakan pengguna jalan lain.Â
Meskipun sudah dibuat aturan baik tertulis maupun tidak tertulis, sudah ada rambu-rambu dilarang parkir, tetap saja ada yang parkir di bawah rambu-rambu dilarang parkir. Ini perkara penegakkan aturan dan sanksi atau watak karakter pengguna jalannya yang harus diperbaiki?Â
Sudah diberi garis berwarna untuk tempat parkir, tetap saja ada yang parkir diluar garis atau parkir sama sekali tidak sesuai garis.Â
Karakter yang menganggap remeh atau merendahkan ataupun menormalisasi kesalahan kecil yang terus dikembangbiakan akan sangat sulit diperbaiki.Â
Parkir Sembarangan malah bawa pihak berwenang