Mohon tunggu...
Dr PrantiSayekti
Dr PrantiSayekti Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Malang

Saya adalah dosen dari Departemen Seni dan Desain pada Program Studi Desain Komunikasi Visual. Saya menyukai keilmuan terkait Desain Komunikasi Visual serta ilmu-ilmu sosial humaniora lainnya yang dalam implementasinya saya ekspresikan pada tulisan-tulisa/karya ilmiah terkait keilmuan tersebut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diversifikasi Produk Batik Laweyan

12 November 2022   16:00 Diperbarui: 12 November 2022   15:59 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengembangan jaringan kerja sama yang melibatkan para perajin tradisional secara langsung perlu dilakukan dengan pendekatan yang berbeda. Karakter perajin tradisional yang bersifat non formal dan tidak terikat pada kapasitas produksi formal memerlukan pola pengembangan yang tidak terlampau formal.

Pendekatan dengan pola kolaborasi partisipatif dapat dipilih, mengingat pendekatan tersebut menempatkan para perajin sebagai mitra yang sejajar dan terlibat langsung terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan.

Industri kerajinan tradisional memberi akses untuk bergerak pada dimensi pengembangan usaha yang ditopang sumber-sumber bahan pertanian dan bahan lokal lainnya, dengan target pemasaran yang umumnya berada dalam lingkup domestik yang terbatas.

Atas dasar ini modal yang diperlukan relatif tidak seberapa, sehingga akan memberi peluang kepada para pengusaha kecil untuk mendirikan unit-unit usaha dengan kadar kecanggihan teknik produksi yang mudah dijangkau.

Tumbuhnya industri kerajinan rumah tangga mula-mulanya hanya merupakan suatu pekerjaan sambilan dan kemudian berkelanjutan karena adanya permintaan yang tetap dan menambah penghasilan. Hubungan sinergitas antara pelaku industri kreatif di tingkat mikro, dalam hal ini perajin tradisional khususnya batik, dengan lembaga pendidikan, dapat diformulasikan dalam hubungan kolaborasi partisipatif.

Pola hubungan ini menempatkan perajin dan lembaga pendidikan, dalam hal ini lembaga pendidikan tinggi, dalam satu level yang setara. Hubungan kolaborasi partisipatif lazimnya berjalan dalam suasana yang in formal, pola hubungan yang dilandasi konsep kearifan lokal.

Kondisi yang tidak biasa seperti sekarang ini, yakni dihadapkan pada masa pasca pandemi covid-19 yang sangat berpengaruh pada kehidupan industri kreatif khususnya batik.

Industri batik berupaya menemukan inovasi-inovasi baru untuk mencari peluang dan dapat tetap bertahan pada kondisi yang sangat sulit yang menyebabkan penurunan drastis perdagangan batik hingga mencapai 75%. Fenomena ini dapat menjadi wahana bagaimana mengembangkan produk kerajinan batik yang ditekuni oleh para perajin.

Diversifikasi produk ini diharapkan mampu meningkatkan nilai jual produk kerajinan lokal, yang pada gilirannya dapat bersaing di pasar ekspor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun