(CKA 202) 6. Supaya matiraga lahiriah dan sukarela ini berguna, kita perlu tentu saja, menggabungkannya dengan matiraga dalam berpendapat dan berkehendak melalui ketaatan suci.
Ini merupakan sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan (kalimat terakhir di CKA 197).Â
Maka mengenai matiraga, saya akan membahas sedikit tentang matiraga yang ke 5, khususnya dalam hal puasa. Menurut hemat saya , matiraga juga telah diatur oleh Gereja Katolik tentang hal puasa dan pantang saat masa prapaskah. Yaitu puasa makan kenyang satu kali  dan pantang pada Rabu Abu dan setiap Jumat sampai dengan Jumat Agung. Hal lain tentang arti matiraga nomor 5 dalam arti sempit, namun dapat menjadi sungguh berarti adalah matiraga seperti halnya puasa,  dapat dilakukan pada kondisi tertentu yang dipilih, contoh saat sedang melakukan pekerjaan dengan beban berat, dan hasilnya adalah dikuatkan untuk menerima apapun hasilnya atau seberat apapun keadaan, kita pun dimampukan olehNya, Sang Kebijaksanaan. Maka matiraga dalam skala apapun, perlu dilakukan agar mata batin kita boleh terbuka , tidak saja indra yang terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H