Disadari oleh penulis bahwa selama ini ada cara berdoa yang mungkin sudah tepat, kurang tepat dan bahkan mungkin bisa dibilang tidak tepat.Â
Berdasarkan apa yang telah dialami oleh penulis yaitu saat masa sekolah dan kuliah, sebagai bagian masyarakat dari golongan menengah, dimana secara  ekonomi bisa dibilang cukup, sedikit lebih , bahkan kurang, satu yang pernah penulis mohonkan kepadaNya , yang dimohonkan dengan yakin dan teguh agar nanti setelah selesai pendidikan diberikan Kesejahteraan- hidup yang sejahtera. Dan Tuhan mengabulkannya.
Doa yang kurang tepat/tidak tepat, tidak seusai indikator mutu doa adalah.... saat ada satu permohonan yang belum dikabulkan selama bertahun tahun  dan akhirnya penulis menyerah dengan doa untuk dimohonkan. Artinya, betapa kita tidak tegun dan yakin dalam memohon kepadaNya, tidak bertekun setekun tekunnya  dan membatasi diri dengan aturan waktu yang kita buat sendiri tentang batas permohonan, gundah gulana/ ketidakteguhan pun un tampak saat membaca ayat KS yaitu "Bapa tidak akan memberikan ular kepada anaknya".
Mulai gundah, jangan jangan kita memohon sesuatu yang kurang berkenan padaNya dan kita insist-memaksa Sang Kebijaksanaan untuk memenuhinya, padahal Sang Kebijaksaaan tahu bahwa kita tidak mampu menerima karunia yang dimohonkan tersebut.Â
Keragu-raguan inilah yang harus dilepaskan. Manusia memang lemah, maka doa menjadi sarana untuk menguatkan diri. Melalui Rosario yang merupakan gabungan doa lisan dan doa batin, dengan merenungkan kelima belas misterinya ( sekarang ada duapuluh - ditambahkan peristiwa cahaya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H