Mohon tunggu...
Hamidullah_Mahmud
Hamidullah_Mahmud Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

tenaga pengajar dengan hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Inilah Alasan Kenapa Sepuluh Akhir Ramadhan Istimewa

14 April 2023   00:10 Diperbarui: 14 April 2023   00:12 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kita masih berada di dalam bulan Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam, bulan yang mulia, bulan yang penuh rahmat dan ampunan, serta bulan pembebasan dari siksa neraka. Karenanya, marilah kita manfaatkan seoptimal  mungkin untuk beribadah kepada Allah SWT., dengan penuh harapan akan kasih sayang dan limpahan rahmat dari-Nya, ampunan dan pembebasan dari ancaman api neraka. Berbahagialah bagi kita yang masih diperkenankan menemui bulan Ramadan, sebab dengan menemui bulan ini, kita sebagai mahkluk tak terlepas dari khilaf, mempunyai banyak kesempatan dan peluang membersihkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan berbagai ibadah, terlebih pada malam lailatul qodar.

Sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.,  mari kita tingkatkan semangat ibadah kita di sepuluh terakhir Ramadhan, bukan sebaliknya semakin malas dan mengendur. sebab tidak ada jaminan di tahun yang akan datang kita berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan.

adalah Nabi saw, seorang yang telah mendapat jaminan surga, namun pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan beliau lebih meningkatkan aktivitas peribadatannya. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, menerangkan tentang keadaan Rasulullah saw, tatkala memasuki sepuluh hari terakhir bulan ramadhan

-- -- - -

"Dari Aisyah RA berkata: "Rasulullah SAW jika telah masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan menghidupkan malam, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggang". (Muttafaq 'alaih)

Lalu apa sesungguhnya rahasia perhatian beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:

Pertama, karena sepuluh terakhir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya. Rasulullah SAW berdoa:

" "

"Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak."

Jadi, yang penting adalah hendaknya setiap manusia mengakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan kebaikan. Karena boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia memilih mengakhiri hidupnya dengan kejelekan.

Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.

Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.

"Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur'an pada malam kemuliaan."

Allah SWT juga berfirman:

"Bulan Ramadhan, adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil-."

Dalam hadits disebutkan: "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. 

Al Qur'an dan hadits shahih menunjukkan bahwa lailatul qadar pasti berada di bulan Ramadhan. Pertanyaan adalah, apakah lailatul qadar berada di sepanjang Ramadhan, atau seluruh hari sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja?

menjawab pertanyaan ini bahwa. Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh hari terakhir.  Sebagaimana sabda Nabi SAW:

" ".

"Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan." 

(H.R. Al-Bukhari)

Hadits lain menjelaskan bahwa lailatul qadar ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:

 "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." (H.R. Al-Bukhari)

Ketidak pastian menyangkut tanggal malam lailatul qadar, apakah ia diseluruh angka ganjil genap sepuluh malam akhir Ramadhan atau hanya di malam-malam ganjil? . mengandung hikmah agar kita selalu terjaga dan menghidupkan Ramadhan dengan aneka amal sholeh, baik di bilangan ganjilnya atau di bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau ijma' tentang kapan turunnya lailatul qadar.

Memang  pendapat yang poluler di kalangan umat muslim bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka'ab dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada konsensus pastinya. Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab "Fathul Bari" menyebutkan, "Paling tidak ada 39 pendapat berbeda tentang kapan lailatul qadar." Sebagai sikap kehati-hatian dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.

 lebih penting dari perdebatan kapan turunnya lailatul qadar, akan lebih bijaksana jika kita memikirkan amalan-amalan sunah apa saja yang sebaiknya kita lakukan di akhir-akhir kepergiaan Ramadhan. Adapun diantara yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?

Adalah qiyamullail, yang sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu'. Qira'atul Qur'an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, istighfar, doa, shalawat atas nabi dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang lainnya.

Lebih khusus memperbanyak doa yang ma'tsur Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah: radliyallahu 'anha berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku menjumpai suatu malam bahwa itu adalah malam lailatul qadar, apa yang harus aku baca pada malam itu? Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ucapkanlah (berdo'alah):

.

"Ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf Maha Mulia lagi suka memaafkan, maka maafkanlah aku." (HR. At-Tirmidzi)

Kita sadar bahwa mungkin kita  tidak bisa bersedih dan menangis sehebat para sahabat ketika akan berpisah dengan bulan yang mulia ini, namun demikian selayaknya kita patut takut sebab tak ada jaminan apakah amal kita selama 20 hari ini diterima, begitu pula tak ada jaminan apakah kita dipertemukan dengan Ramadhan tahun berikutnya. Lalu kita pun kemudian memperbaiki dan meningkatkan amal ibadah serta berdoa lebih sungguh-sungguh kepada-Nya.

 Dan ingatlah bahwa Allah cinta agar manusia taat sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di sepanjang waktu.

 Yang perlu menjadi perhatian adalah Keteladanan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana disebutkan di atas, hendaknya menggugah semangat kita untuk secara intensif melakukan aktivitas relegius agar dapat meraih malam seribu bulan itu.

Oleh karenaya marilah kita tutup bulan ramadhan ini dengan akhir yang baik, sebab sebagaimana amalaan itu akan dibalas sesuai dengan niatnya, amalan juga tergantung bagaimana penutupnya. Semoga kita dapat mengakhiri ramadhan ini dengan khusnul khotimah, amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun