So...orang tua adalah sosok role model?Oh no, be yourself first! Tentunya menjadi diri yang dewasa dan bermartabat.
Menjadi Teladan, Menanamkan Nilai-nilai Asli Identitas Bangsa
Jika telah jujur terhadap diri-sendiri maka mewujudkan keteladanan tak akan mustahil bagi orang tua. Membangun karakter yang jujur pada anak-anak dimulai dengan memberi contoh perilaku pada hal-hal sederhana. Meminimalkan tayangan TV dan mematikannya pada jam-jam belajar, makan makanan gizi seimbang bukan jajanan instan apalagi merokok, mengembangkan minat baca pada anak, bergaul dengan teman-teman tetangga dan bukannya menekuni game di play station. Itu semua tidak sekedar keluar lewat perintah atau hardikan. “Sudah jam 7 malam, matikan TV-nya!”, “Jangan makan in**mie!”, “Jangan merokok!”, “Ayo simpan tabletnya, baca buku sana, kerjakan PR!”.
Orang tua tidak berhak memerintah jika ia sendiri tak mengerjakan apa yang diperintahkannya, atau tidak berhak melarang jika ia sendiri melakukan apa yang ia larang. Masih sering terlihat seorang ayah merokok meski diam-diam, seorang ibu menyelinap ke dapur memasak mie instan tatkala anak-anak sudah tidur, atau ayah dan ibu bersepakat menonton TV di kamar sedangkan sebelumnya berpendapat bahwa TV harus diletakkan di ruang keluarga dan menonton TV tidak boleh berlebihan. Bagaimana seorang anak bisa santun berbicara jika orangtuanya menyuruh mengerjakan sesuatu dengan teriakan. Tak heran anak-anak menjadi korban perundungan atau masih sering akrab dengan istilah bullying di tempat dia bersekolah atau bermain, jika orang tua masih doyan memainkan jarinya untuk meng-update status dengan kalimat-kalimat menghujat terhadap presiden serta tak lupa melampirkan tautan berita abal-abal. Kritikan terhadap sistem maupun pemerintahan sangat diperlukan, tetapi tak perlu dengan sikap yang sama sekali tak mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang santun, berbudi pekerti dalam perkataan dan perbuatan.
Simulasi dan Stimulasi
Menjadi teladan mesti dilakukan dengan simulasi atau aksi nyata yang jelas bisa diikuti anak-anak. Menikmati semangkuk sayur bening dengan lahap di depan anak-anak tentu menarik perhatiannya sehingga tergerak untuk mengikuti dan terbiasa makan sayur. Membaca buku dan menyarikannya dengan bahasa sederhana dalam bentuk dongeng sebelum tidur merupakan kegembiraan anak yang tak terlupakan yang diingat hingga mereka menjadi orang tua. Membangun watak yang terpuji dapat dilakukan dengan menstimulasi anak dengan persoalan-persoalan sederhana untuk membentuk pribadi yang berfokus pada solusi dan bukan berfokus terhadap masalah yang merembet untuk menyalahkan orang lain. Ketika anak bertanya tentang jawaban dari soal-soal yang dipelajarinya, menahan diri untuk langsung memberi jawaban, akan lebih baik untuk menunjukkan di halaman berapa dari buku paketnya untuk menemukan jawabannya. Pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang turut didukung BKKBN, anak-anak akan jejeritan melihat petugas kesehatan menyiapkan jarum suntik. Orang tua berperan untuk memberi pengertian jauh sebelum hal itu tiba. Kebiasaan orang tua untuk “mengancam” anak yang tak patuh minum obat dengan kalimat “nanti disuntik Pak Dokter lho, sakit kan” akan membekas di hatinya dan terbangunlah penolakan saat vaksinasi di sekolah.
Merangsang anak menjadi pribadi yang berkualitas yang tak mudah menyerah dapat dilakukan dengan memberi hadiah yang masuk akal dan mendidik ketika kerja keras telah berujung pada prestasi. Stop menjadi seorang pengeluh supaya anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dalam setiap persoalan dalam kehidupan.
Mengawal Kelestarian Karakter Bangsa