Mohon tunggu...
Fransiska Irma
Fransiska Irma Mohon Tunggu... Dokter - Psikiater/ Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater/Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS St.Carolus Summarecon Serpong, Klinik Jiwa dan Panti Jiwa Sehat BSD, RS Hermina Tangerang. Psikiater yang senang memberikan edukasi mengenai kesehatan jiwa pada masyarakat awam.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tidak Pernah Bahagia, Apakah Anda Distimia?

25 Oktober 2020   19:07 Diperbarui: 25 Oktober 2020   19:12 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, saya menerima seorang pasien laki-laki berusia sekitar awal 30-an di ruang praktek saya. Ia mengeluh perasaannya yang tidak bahagia selama bertahun-tahun. Ia tidak menunjukan tanda-tanda depresi yang cukup nyata, masih dapat bekerja dan bersosialisasi, meskipun kadang mengalami gangguan makan, kadang insomnia atau tidur berlebih-lebihan (hipersomnia). 

Pekerjaannya sendiri tergolong sukses meskipun ia mengakui ia sering merasa cepat lelah dan akhir-akhir ini bertambah parah. Di usia muda, ia sudah menduduki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan tempatnya bekerja. 

Ia berkonsultasi pada saya, ia mengatakan bahwa harusnya ia merasa bahagia dengan kondisinya namun mengapa ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia meminta saya untuk memberikan solusi atas perasaan tidak bahagia yang ia rasakan dan berharap bagaimana untuk dapat kembali bahagia dengan hidupnya.

Sebagai seorang dokter, saya memulai sesi terapi saya dengan mulai mencari diagnosis pada dirinya. Selain itu tentu saya harus menyingkirkan berbagai diagnosis banding yang mungkin pada keluhan utama pasien yaitu "merasa tidak bahagia". 

Karena perasaan tidak bahagia biasanya bertautan erat dengan perasaan sedih maka yang saya lakukan pertama kali adalah mencari gejala-gejala depresi yang nyata pada pasien ini, mulai dari mood pasien, hingga fungsi vegetatif pasien seperti gangguan makan, tidur, dan bagaimana kondisi sosial dan pekerjaannya, apakah ada yang terganggu. 

Namun seperti yang saya posting di atas, ternyata pada pasien tidak ditemukan gejala-gejala depresi yang menonjol dan ia tetap dapat berfungsi cukup baik dalam lingkungan dan pekerjaannya. Kemudian saya mulai mencari apakah mungkin ada penyakit medis umum yang mungkin ia alami seperti gangguan fungsi tiroid (kelenjar gondok), diabetes melitus (sakit gula) menahun, dsb yang mungkin menimbulkan gejala depresi ringan dan juga riwayat penggunaan alkohol dan napza lainnya. 

Dan pada pasien ini tidak ada satupun riwayat gangguan medis dan penggunaan zat. Dan pada akhirnya saya mencari tanda-tanda kecemasan kronik pada pasien, namun hal ini pun tidak ditemukan. Akhirnya saya menegakan diagnosis distimia pada pasien ini.

Distimia, apakah itu?

Distimia sebenarnya merupakan bagian dari cluster gangguan depresi namun derajatnya tidak berat. Satu-satunya gejala menonjol yang terlihat adalah mood yang cenderung murung, tidak bahagia yang menetap hampir setiap hari selama sekurangnya dua tahun. 

Gejala lainnya dalam cluster gejala depresi tidak terlihat menonjol, namun sekurang distimia juga dapat disertai dengan gangguan nafsu makan (naik atau turun), gangguan pola tidur (insomnia atau hipersomnia), energi yang berkurang, rasa cepat lelah mudah lesu, kurang percaya diri, sukar konsentrasi, dan sering merasa mudah putus asa.

Sifat gangguan ini kronis, menahun, dan masa bebas gejala tidak pernah sampai dengan dua bulan lamanya. Pada saat-saat tertentu sepanjang masa berlangsungnya distimia, orang yang menderita gangguan ini pun dapat mengalami gangguan depresi mayor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun