Mohon tunggu...
Rizky Perdana
Rizky Perdana Mohon Tunggu... Dokter - dr,SpPD,KPTI,FINASIM,Dr(Epid)

Internist-Infectious Disease Consultant-Fellow Indonesian Society of Internal Medicine (FINASIM), Clinical Epidemiologist

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Omega-3 dan Penyakit Kardiovaskuler

3 April 2010   10:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:01 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim peneliti Perancis telah menemukan dosis DHA (docosahexaenoic acid) yang ‘tepat’ untuk mencegah penyakit kardiovaskuler pada laki-laki sehat. Para peneliti menyatakan bahwa DHA dengan dosis 200 mg sehari sudah cukup untuk mempengaruhi petanda biokimiawi yang secara reliabel dapat digunakan untuk memprediksi kelainan kardiovaskuler, seperti proses penuaan, aterosklerosis dan diabetes. Studi ini yang pertama kali mengidentifikasi berapa banyak DHA yang diperlukan untuk menghasilkan kesehatan jantung optimal yang sehat.

Michael Lagarde dkk dari Universitas de Lyon, Perancis,menyatakan bahwa studi ini membuktikan bahwa konsumsi DHA dalam jumlah kecil ini tampaknya dapat memperbaiki status kesehatan, terutama yang berhubungan dengan fungsi kardiovaskuler.

Untuk menentukan dosis optimal DHA, para peneliti menyelidiki efek dosis DHA yang ditingkatkan pada 12 sukarelawan laki-laki sehat, usia 53-65 tahun. Subjek-subjek ini mengkonsumsi DHA dosis 200,400,800 dan 1600 mg sehari selama 2 minggu untuk setiap dosis. Dalam studi ini,DHA merupakan satu-satunya asam lemak omega-3 yang ada dalam diet. Sampel darah dan urin dikumpulkan sebelum dan setelah setiap dosis dan 8 minggu setelah suplementasi DHA dihentikan. Para peneliti kemudian memeriksa sampel ini untuk mengukur petanda biokimiawi yang menunjukkan efeknya, untuk setiap dosis.

Dr. Gerald Weissmann sebagai editor kepala majalah FASEB Journal mengatakan bahwa dengan sudah diketahuinya jumlah DHA yang tepat yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah melakukan uji klinik yang melibatkan lebih banyak subjek. Sebelum uji klinik ini terbukti, maka ia lebih suka mengkonsumsi makanan lezat yang mengandung DHA, seperti ikan, dibandingkan mengkonsumsi asam lemak omega-3 yang dijual dalam bentuk vitamin.

Selected Reading :

The FASEB Journal 2009;23:2909-2916

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun