Mohon tunggu...
Decky Ferdiansyah
Decky Ferdiansyah Mohon Tunggu... -

Seorang suami dan ayah dari 4 orang anak, sedang belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Halaman Ketiga Telat

7 Juni 2013   10:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:24 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bener kok, halaman ketiga dari serial tulisan saya ini emang beneran telat. Telat karena halaman pertama dan kedua saya posting dua hari berturut-turut seminggu yang lalu. Idealnya di hari ketiga, saya posting lagi halaman ketiga. Tapi karena berbagai alasan baik sahih maupun tidak, saya gagal membuat rekor pribadi tersebut. Padahal ide saya cukup banyak. Bahkan saya sudah siapkan ide untuk halaman keempat dan seterusnya. Tapi pasti aneh ya, masak ujug-ujug langsung ke halaman keempat? Saya yakin yang akan pertama protes adalah anak-anak saya. Kenapa? Karena saya akan dinilai ga konsisten oleh mereka. Selama ini sejak mereka kecil saya mengajarkan angka secara berurutan kepada mereka. Nanti kalau mereka tau ayahnya ga berurutan dalam angka, saya yakin mereka akan protes. Tapi sebenernya saya bisa "mengakali". Saya jadikankan ide keempat menjadi halaman ketiga. Tapi kalau saya melakukannya, saya juga akan protes ke diri saya sendiri. Lho..?? Ya iyalah, itu khan tanda bahwa saya ga konsisten dalam urutan ide. Jadi serba salah, hehehe. Padahal itu semua hanya kekhawatiran dalam pemikiran saya saja, bahasa komentator bola : prediksi. Semua hanya kekhawatiran yang belum tentu terjadi dan menjadi jebakan pemikiran. Jangan-jangan jebakan pemikiran seperti ini merupakan turunan dari mental block, seperti yang saya ulas di halaman kedua dari serial tulisan saya. Telat yang kedua adalah telat menulis dari sisi usia. Saya malu melihat banyak penulis sudah menghasilkan karya diusia yang jauh lebih muda daripada saya. Malu karena saya tidak berhasil mulai menulis seperti usia saat mereka mulai menulis. Saya baru sadar untuk mulai menulis ketika sudah berkepala tiga dan berputra tiga :) Padahal saya punya kemampuan berbicara yang cukup lumayan. Tapi kalau urusan menulis, saya menyerah. Tidak hanya istri yang menyindir, tapi juga atasan saya di kantor. Pernah ketika kami sedang diskusi, beliau bilang "Yayaya, saya faham maksudmu, tapi tolong ide-ide itu diTULIS.." Seketika itu ide-ide dan argumentasi saya yang tadinya mengalir dengan lancarnya dalam diskusi, mendadak tersendat dimulut. Subhanallah, beruntung sekali saya punya atasan seperti beliau yang mau mengingatkan saya untuk menuliskan ide-ide hebat dan rencana-rencana besar yang mengendap di otak saya. Nasehatnya sangat bermanfaat bagi saya dan langsung melecutkan semangat untuk menulis. Tapi itu sirna karena satu hal : tidak segera saya mulai. Setelah kejadian itu saya kembali asyik dengan rutinitas pekerjaan kantor. Saya sangat menikmati pekerjaan dan kadang sampai lupa waktu. Itu efek buruk dari seorang workaholic seperti saya. Padahal pekerjaan akan lebih sistematis dan terencana ketika sudah dituangkan dalam bentuk tulisan. Telat yang pertama adalah telat posting dan telat yang kedua adalah telat usia mulai menulis. Jadi halaman ketiga ini telat. Mudah-mudahan halaman-halaman berikutnya tidak telat lagi, semoga..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun