Mohon tunggu...
Dwiputri Panduwinata Harahap
Dwiputri Panduwinata Harahap Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

(Kosong)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gerhana Matahari Total: Waktunya Seleksi Mitos

20 Februari 2016   10:21 Diperbarui: 20 Februari 2016   11:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian orang Indonesia itu lebih percaya dengan mitos, bahkan setelah era digitalisasi seperti sekarang ini pun. Bukan berarti mitos itu tidak benar, hanya saja kurang tepat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mitos itu adalah “cerita suatu bangsa tt dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tt asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tsb mengandung arti mendalam yg diungkapkan dng cara gaib;”

Saya sendiri memiliki pengertian mengenai mitos, yaitu adalah cara manusia di masa lalu untuk menjelaskan apa yang tidak bisa mereka jelaskan pada waktu itu. Biasanya mengenai kejadian alam, seperti gerhana matahari dan gerhana bulan.

Kenapa mereka tidak bisa menjelaskannya?

Ada banyak alasan, salah satunya adalah teknologi yang saat itu belum mendukung manusia untuk melakukan penelitian terhadap hal-hal yang kelak akan dijelaskan dengan mitos. Selain itu cara untuk menjelaskan sesuatu yang belum bisa dipahamai masyarakat zaman dahulu.

Mitos juga bisa menjadi ‘senjata’ ampuh untuk menakuti-nakuti, terutama anak-anak karena terkadang berbau hal-hal yang menakutkan. Gerhana Matahari itu sendiri adalah sebuah fenomena alam ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Ada banyak mitos di dunia ini, apalagi di Indonesia. Berhubung sebentar lagi akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT), maka mitos mengenai gerhana Matahari akan dibahas sedikit.

Ada mitos yang mengatakan kalau saat gerhana Matahari terjadi, ada raksasa yang memakan Matahari itu, matahari dicuri oleh seekor anjing, dan masyarakat Yunani kuno percaya kalau gerhana Matahari adalah tanda kemarahan dari Dewa-Dewi dan pertanda musibah akan datang.

Tapi, tidak semua mitos mengenai gerhana Matahari itu berbau negatif, ada juga yang positif. Seperti mitos dari Italia yang mengatakan kalau menanam bunga pada saat gerhana Matahari maka bunga itu akan menjadi lebih indah dan berwarna. Dan mitos yang paling menarik, dan rasanya sangat cocok untuk kondisi di Indonesia dan dunia saat ini, adalah mitos dari Suku Batammaliba dari Benin dan Togo dari Afrika Barat. Mereka percaya bahwa saat terjadi gerhana, Matahari dan Bulan sedang bertengkar. Satu-satunya cara untuk menghentikan konflik tersebut adalah dengan mengesampingkan perbedaan.

Maka, amatlah menggelikan di abad ke-20 petinggi-petinggi di Indonesia masih saja diselimuti mitos, seperti yang terjadi pada peristiwa GMT tanggal 11 Juni 1983. Ketika itu,

Menteri Penerangan, Harmoko, meneruskan peringatan dari Presiden Soeharto yaitu melarang masyarakat melihat GMT secara langsung.

Mengapa tidak boleh, Pak Menteri? Ketika itu Harmoko mengatakan kalau melihat GMT secara langsung akan menjadikan mata buta. Itulah sebabnya Harmoko memerintahkan agar  masyarakat tidak keluar rumah dan melihat gerhana melalui siaran langsung dari “TVRI” saja.

Itu artinya masyararakat Indonesia dalam proses pembodohan karena pada saat yang bersamaan Indonesia menjadi tujuan para peneliti, pakar, dan wisatawan untuk meliha GMT karena ada satu tempat yang sangat baik untuk tempat pengamatan yaitu di Tanjung Kodok, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Inilah ‘dosa besar’ rezim Orba. Masyarakat pun berdiam di rumah ketika terjadi GMT. Jika ada atap dan dinding yang berlubang harus segera ditutup. Perempuan hamil pun ngumpet di bawah ranjang atau lemari pakaian. Aparat desa keliling kampung mengawasi agar penduduk tidak keluar rumah.

Untunglah, pemerintah sekarang di era reformasi lebih memakai nalar daripada mitos. Berbagai informasi tentang GMT yang akan terjadi tanggal 9 Maret 2016 disebarluaskan, termasuk cara-cara melihat gerhana dengan nyaman dan aman. Lokasi-lokasi yang dilewati GMT di 12 provinsi berlomba-lomba menyiapkan acara menyambut ‘tamu’ dari dalam dan luar negeri. Ada ilmuwan, wartawan, dan wisatawan.

GMT di wilayah Indonesia akan berlangsung antara 1,5 menit - 3 menit. Yang terpendek di Seai, Pulau Pagai Selatan, Sumatera Barat, selama 1 menit 54 detik,  dan di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, yaitu 3 menit 17 detik. GMT di wilayah Indonesia barat mulai pukul 06.20 WIB, di Indonesia tengah mulai pukul 07.25 Wita dan di Indonesia timur bermula pukul 08.35 WIT.

Di era digitalisasi ini selain media massa pemberitaan GMT kian luas karena ada media sosial, seperti blog, yang juga menyemarakkan informasi tentang GMT. Para blogger, seperti yang akan menjadi bagian dari "Laskar Gerhana detikcom", menyebarkan informasi tentang GMT untuk memupus kenangan pahit seperti yang dilakukan oleh rezim Orba.

Karena GMT ini erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemasyarakatan, maka sudah saatnya Indonesia memikirkan untuk mendirikan “Museum Gerhana”. Museum ini kelak akan menjadi saksi dan sumber informasi tentang gerhana secara luas. Setiap kali ada gerhana museum diharapkan jadi pusat penyebaran informasi dan sebagai tempat bersua para peneliti, pakar, peminat dan pemburu gerhana.

Amatlah sayang kalau informasi tentang gerhana berlalu begitu saja setiap kali terjadi gerhana. Untuk itulah kita mendorong pemerintah atau pihak swasta untuk membangun museum gernaha di Indonesia yang kelak diharapkan menjadi pusat informasi gerhana secara global. Semoga. ***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun