Cuaca agak sedikit mendung saat itu, Bapak Budianto Liem (lebih akrab disapa Mas Budi) menyiapkan dua cangkir kopi luwak buatannya untuk sepasang tamunya yang berasal dari mancanegara. Dengan kemampuan bahasa Inggrisnya yang cukup fasih, beliau antusias memberikan panjelasan mengenai bisnis kopi luwak yang sudah beliau jalankan sejak tahun 2010 ini.
Kopi bukanlah komoditas utama dari Kabupaten Cianjur, meskipun sejarah mencatat bahwa Cianjur merupakan pengekspor kopi pertama di Indonesia tahun 1711 di masa kepemimpinan Bupati Raden Aria Wira Tanu III (http://jabarekspres.com/2018/kejayaan-kopi-cianjur-harus-kembali-bangkit/). Cianjur lebih terkenal sebagai kabupaten penghasil beras pandan wangi. Sedangkan wilayah Kecamatan Cipanas yang merupakan tempat kediaman Mas Budi lebih dikenal sebagai tempat wisata alam dan kuliner.
Terinspirasi dari Sebuah Mimpi
Satu hari, Mas Budi bermimpi menangkap seekor musang dan memeliharanya hingga beranak-pinak. Dari mimpi itulah, beliau mencoba untuk memelihara luwak (sejenis musang yang suka memakan biji kopi.Â
Dari hasil berdiskusi dengan komunitas pecinta musang di berbagai wilayah, beliau mempelajari cara memelihara dan membuat kopi luwak. Dan akhirnya usaha kopi luwaknya dimulai sejak tahun 2010. Dari seekor luwak, kini Mas Budi memelihara 10 ekor luwak di kandang sederhana di depan rumahnya.
Proses pembuatan Kopi Luwak tidaklah mudah, dengan indera penciumannya yang tajam, musang luwak hanya akan memakan biji kopi yang sudah benar-benar matang.Â
Biji kopi yang tidak tercerna akan keluar bersama kotoran dan biji inilah yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi kopi luwak. Biji-biji kopi tadi harus dijemur selama kurang lebih 4 hari sampai benar-benar kering. Lalu dikupas dan dibersihkan sebelum disangrai selama 2 jam menggunakan api kayu bakar.
Proses fermentasi alami di dalam perut luwak membuat kopi luwak lebih rendah kafein, hal inilah yang menjadikan kopi luwak menjadi kopi termahal di dunia.Â
Di pasaran, harga kopi luwak dalam bentuk biji kopi maupun serbuk dihargai mulai 1 juta rupiah per kg. Kopi Luwak MB sendiri dijual dalam dalam bentuk biji dan bubuk berbagai kemasan dari kemasan sachet 50gr sampai kemasan 1 Kg dengan harga bervariasi antara 100 ribu sampai 3 juta rupiah.
Terkenal Hingga Mancanegara
Meskipun berlokasi di sebuah gang sempit di Jalan Sindanglaya - Cipanas, Mas Budi seringkali menerima tamu dari mancanegara. Banyak agen wisata di daerah Cipanas yang merekomendasikan Kopi Luwak MB sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke negara asal turis.Â
Para Turis itu antara lain berasal dari Malaysia, Singapura, Hongkong, dan yang paling banyak adalah wisatawan asal Timur Tengah. Kopi Luwak MB juga seringkali ikut serta dalam pameran UMKM di berbagai wilayah sehingga Kopi Luwak MB menjadi salah satu produk UMKM unggulan dari Kabupaten Cianjur. Tak jarang pula ada media baik cetak maupun elektronik yang datang langsung ke rumah Mas Budi untuk melihat dan meliput proses pembuatan Kopi Luwak MB.
Meskipun belum terlalu optimal, melalui penjualan melalui media online ini terkadang beliau mendapatkan pesanan dari berbagai wilayah di Indonesia. Untuk pengiriman barang ke berbagai pelosok negeri, Mas Budi tidak memiliki kendala, karena bisa dikirim melalui jasa pengiriman seperti JNE yang sudah bisa menjangkau berbagai wilayah di Indonesia.
Kehadiran JNE Membantu Pelaku Usaha UMKM
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha, terutama melalui media online. Banyak melahirkan UMKM yang beragam dari berbagai daerah di pelosok Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan perusahaan transportasi logistik yang mampu menjangkau seluruh pelosok negeri. Di usianya yang sudah mencapai 28 tahun, JNE yang sudah memiliki lebih dari 6 ribu titik layanan di seluruh negeri sangat membantu bagi para pelaku UMKM di berbagai daerah untuk memasarkan produknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H