Mohon tunggu...
DP Anggi
DP Anggi Mohon Tunggu... Fleelance Writer & Ilustrator -

Raudah-Raudah Sajadah (2013), Hati yang Lillah Mencintai (2016), Diari Kecil di Jalan Cinta-Mu (2016) ❤Puisi❤Ilustrasi❤Doodling❤crocheting❤painting

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[HUT RTC] Gerimis

1 Maret 2016   12:59 Diperbarui: 1 Maret 2016   13:17 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: myfadhliyah.wordpress.com"][/caption]

 

Minggu pertama (terinspirasi oleh puisi)

 

Murung lagi wajahmu setelah telapak tangan yang lembut itu kamu ulurkan ke luar jendela. Begitu murung; persis seperti awan-awan gelap di atas sana. Kamu memejamkan mata dan menaruh doa di ujung bibirmu lantas membiarkan angin menyapu wajahmu yang sendu. Lalu, hujan turun perlahan, menggerimis seperti air matamu yang akhirnya tak bisa tertahan.

Matamu menembus hujan di luar sana; tak ada sesiapa. Kamu terus mencari dia seperti biasa, yang kadang bisa muncul tiba-tiba, dan kadang pula bisa menghilang tanpa aba-aba. Kamu ingin menyusuri jalan untuk menemukannya. Tapi, kamu menyadari takkan kamu temukan apa-apa selain rindu yang tetap mengendap di dada.

Kamu tahu seperti apa dirimu sekarang? Kamu persis seperti seseorang yang kehilangan kenangan; mencari tumpukan masa lalu di antara rinai hujan.

Jikalah ketika itu kamu tak mencintai di saat hujan, kamu takkan semurung ini. Melukis, bernyanyi, berpuisi, bahkan menulis diary—tentu sebelum dia kamu cintai—semuanya paling senang kamu lakukan di saat hujan. Dan ketika kini kamu patah hati, kamu membenci semua yang pernah kamu lakukan.

Namun, sebelum aku benar-benar menghilang, takkah kamu sadari? Dia yang hilang telah menjadi gerimis yang muncul di kedua matamu, yang turun dari celah awan hitam, yang paling kamu benci, tetapi juga yang paling kamu rindukan.*

 

DP Anggi

Greenhill, 01 Maret 2016

 

Sumber inspirasi:

Gerimis

Oleh Iyut Fitra

gerimis. ia mencari kekasih di lembar-lembar masa lalu
 di luar dendang masih terdengar. sesayup suara malam
 tentang kota yang belum lelap. juga semasa orang-orang pernah singgah
 masihkah mereka menyimpan mantel itu?

dan mereka bertemu pada lembar-lembar waktu tak tentu
 berbagi gambar, kisah, dan sempat juga alamat
 lalu ia menuliskannya pada sajak-sajak tak bernama
 gerimis. adakah ia menjadi beranda rindu?

Payakumbuh, September 2012

 

Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club
 [caption caption="Sumber Ilustrasi: RumpiesTheClub@dok"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun