Wonogiri,- Mahasiswa Tim I KKN Universtas Diponegoro budayakan gemar berbahasa Indonesia pada anak Kepuhsari pada Minggu (05/02/2023).
Gemar berbahasa Indonesia merupakan program edukasi yang digagas oleh Luluk Septi (Sastra Indonesia 2019). Program edukasi ini dilaksanakan di desa Kepuhsari,Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.
Program edukasi gemar berbahasa Indonesia memiliki sasaran tujuan anak-anak di wilayah Kepuhsari. Hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa memiliki atas bahasa Indonesia kepada anak Kepuhsari.
Mengingat pentingnya dan kedudukan bahasa Indonesia sudah semestinya bahasa Indonesia sudah di budayakan sejak dini. Dimana kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa serta bahasa nasional bangsa Indonesia. Â
Bertolak dari hal tersebut program membudayakan berbahasa Indonesia pada anak ini tercipta. Karena pada dewasa ini anak Indonesia kebanyakan lebih paham dan fasih dengan bahasa asing seperti Bahasa Inggris.
Berangkat dari realitas tersebut, perlu adanya proses regenerasi budaya dan bahasa untuk tetap menjaga eksistensi bahasa Indonesia.
Untuk menjaga eksistensi bahasa Indonesia di wilayah Kepuhsari, Luluk Septi
(Sastra Indonesia 2019), menyuluhkan program edukasi serta budaya gemar berbahasa Indonesia sebagai upaya regenerasi budaya dan bahasa pada anak wilayah Kepuhsari.
Kegiatan ini bertempat di Balai Dusun Blimbing Kidul,Kepuhsari, dengan total 7 anak yang hadir.
Partisipan yang sedikit menjadi kendala dalam program ini, tetapi jumlah partisipan yang sedikit dapat dimaklumi mengingat akses wilayah disetiap dusun Kepuhsari yang terbilang susah.
Dengan total 7 anak tersebut, program edukasi dan budaya gemar berbahasa Indonesia tetap berjalan sebagaimana mestinya. Program dibuka dengan pengenalan huruf kapital dan kegunaanya.
Huruf kapital merupakan dasar yang harus ditanamkan kuat karena itu adalah modal berbahasa Indonesia khususnya dalam hal tulisan.
Terlihat banyak anak yang masih saja bingung dalam menulis nama mereka sendiri dengan huruf kapital.
Setelah paham dengan penggunaan huruf kapital, anak-anak selanjutnya di perkenalkan dengan salah satu bentuk karya sastra Indonesia lama berupa pantun.
Pengenalan pantun pada anak Kepuhsari menggunakan media kartun milik negara Malaysia yaitu "Upin-Ipin".
Pemilihan kartun "Upin-Ipin" didasarkan pada minat anak-anak yang tinggi terhadap kartun tersebut serta kartun tersebut memuat pengenalan pantun yang direpresentasikan oleh tokoh "Jarjit".
Dalam kartun "Upin-ipin" tokoh Jarjit memiliki karakteristik anak yang gemar berpantun, hal ini tak lepas dari perhatian Luluk Septi (Sastra Indonesia 2019) sebagai media yang tepat untuk mengenalkan pantun Indonesia pada anak Kepuhsari.
Anak-anak Kepuhsari yang sudah fasih dengan kartun "Upin-ipin" pun cepat menangkap makna pantun yang di ucapkan oleh tokoh Jarjit.
Pada akhir sesi program, anak-anak pun bisa memahami pantun dan membuat pantun mereka sendiri, bahkan mereka bisa berpantun di hadapan banyak orang membacakan pantun buatan mereka.
Luluk Septi (Sastra Indonesia 2019) selaku pengagas program edukasi dan budaya gemar membaca berharap agar anak-anak tergugah untuk mempelajari bahasa Indonesia lebih jauh lagi.
"Semoga anak-anak Kepuhsari setelah adanya program ini tergugah rasa kegemaranya pada bahasa Indonesia dan mempelajari bahasa Indonesia lebih jauh lagi, mau mempelajari karya sastranya serta KBBI. Saya juga berharap semoga kalian menjadikan bahasa Indonesia sebagai identitas kalian karena kalian adalah pelajar Indonesia yang akan meneruskan dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia", Tutup Luluk Septi mengakhiri program edukasi dan budaya gemar membaca pada sore itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI